Jakarta – Setelah mendatangkan 54 ton bahan bangunan dari Makassar, untuk pembangunan masjid semi permanen di Sulawesi Tengah (Sulteng), relawan Dewan Masjid Indonesia (DMI) kini bahu membahu menggenjot pembangunan masjid-masjid tersebut di lokasi pengungsian di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi.
“Alhamdulillah masjid semi permanen pertama yang dibangun oleh DMI selesai pengerjaannya dalam waktu 48 jam,” ungkap Yadi Jentak, Koordinator Lapangan Bantuan DMI di Sulteng, Sabtu (3/11/2018).
Dia menjelaskan, bahwa masjid tersebut dibangun disamping masjid Salman Alfarisi yang terletak di dusun 3, Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulteng. “Bangunan masjid Salman Alfarisi rubuh akibat gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 september yang lalu,” katanya.
Yadi yang kini berada di lokasi pembangunan masjid menerangkan bahwa, Ahad besok (4/11/2019) Tim Bantuan DMI untuk Sulteng akan memulai pengerjaan masjid semi permanen yang kedua yang jaraknya tidak jauh dari masjid sebelumnya. “Dulunya masjid ini bernama Masjid At Tartib yang berlokasi di Desa Sidera, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi. Masjid ini sudah ambruk akibat terjangan lumpurdan tanah bergerak yang melintas didesa tersebut,” jelasnya.
“Insha Allah beberapa hari ke depan sudah ada beberapa unit masjid semi permanen yang telah berdiri dan sudah digunakan beribadah oleh kaum muslim di lokasi pengungsian,” kata Yadi yang mengawal langsung pengiriman bahan bangunan masjid dari Kawasan Pergudangan Patene, Makassar, pada 30 Oktober 2018 lalu.
Menurut Yadi, sebuah masjid dibangun membutuhkan waktu sekitar 2 hari per unit. Jadi 2 bulan ke depan 30 masjid semi permanen yang tahan gempa, sudah akan berdiri dan sudah bisa berfungsi. “Rencananya akan dibangun seratus masjid semi permanen untuk mengantikan sementara masjid yang rusak akibat bencana gempa bumi, likuifaksi dan tsunami di Sulawesi Tengah,” ucapnya.
Sebelumnya, jelas Yadi, pihak DMI telah membangun 25 masjid darurat lengkap dengan sound sistem di lokasi pengungsian bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia, TNI dan Polri. “Sound sistem tersebut sumbangan dari Yayasan Kalla Grup yang disalurkan melalui DMI untuk melengkapi masjid semi permanen di lokasi pengungsian. Ini supaya suara azan bisa bergema ke seantero wilayah pengungsian, sekaligus bisa menjadi sarana penyebaran informasi kepada para pengungsi dan warga sekitar,” katanya.
Dia menambahkan bahwa struktur masjid semi permanen yang dibangun DMI ini terbuat dari baja ringan. Dari 30 masjid yang dibangun terdiri dari 10 masjid semi permanen berukuran 10 meter x 10 meter dan 20 masjid semi permanen berukuran 15 meter x 10 meter. “Jumlah masjid yang rusak dan harus dibangun kembali mencapai seratus, dengan biaya Rp. 80 juta per masjid, Dan 30 unit ini merupakan tahap awal,” tutupnya.