Oleh: Noor Cholis (Alumni dan Aktivis ITB)
KABARINDO, JAKARTA - Dalam “closing statement” debat kandidat, Minggu (4/2) malam, Anies Baswedan mengambil pepatah Jawa: “Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti” yang artinya adalah Semua Keberanian, Kekuatan, Kejayaan, dan Kemewahan yang ada di dalam diri manusia yang menimbulkan kerusakan, ketakaburan, kelicikan dan angkara murka akan dikalahkan, dihancurkan oleh Kebijaksanaan, Kasih Sayang, dan Kebaikan.
Pengambilan angle ini dalam debat pamungkas (setelah 4 debat terakhir penuh dengan serangan serangan yang telak) adalah strategi yang tepat untuk mengambil hati pemilih walau tetap menunjukkan isue utamanya adalah Potensi Pemilu Curang yang “tools” nya ada Bansos. Bila bansos bisa dipatahkan maka Pemilu Curang yang melibatan Aparat TNI, Polisi, ASN dan lain-lain akan bisa dicegah.
Menghadapi isue “Hatred” yang bentuk extreme nya adalah kekerasan termasuk terorisme, Bono (lead vocal Band U2) mengatakan: "We do not have to become a monster to defeat a monster, We choose Love Over Fear".
Welas asih atau kasih sayang sangat penting dalam kekuasaan yaitu dengan menempatkan Keadilan di atas segalanya. Menyadarkan publik soal welas asih dalam konteksnya ini, penting untuk membangun kesadaran kolektif yang rasional menjelang pemilu.
Anies Baswedan mengambil momentum “closing statement” sebagai sebuah simbol Paripurna Perjalanan Perubahan. Anies mengajarkan *No Fear* (diancam dan diintimidasi sampai bisa resmi menjadi Capres, namun tetap tegak berdiri!). Anies menjadi “Lawan Debat” yang tangguh dengan value dan etik yang kuat dalam setiap argumennya. Anies juga berkerja sangat keras dalam kampanye yang melelahkan (kampanye umum, Desak Anies, Ubah Bareng, Live TikTok, mengunjungi konsituen dari Sabang sampai Merauke, menyalami dan melayani jutaan pendukungnya).
Pesan ini sekaligus menaikkan moral perjuangan kawan-kawan di kampus kampus yang sedang menyatakan keresahannya atas Kemunduran Demokrasi sekaligus mengingatkan Presiden Jokowi dan Aparatnya untuk berhenti/tidak melanjutkan penyalahgunaan kekuasaan, terutama menjelang Pemilu.
Mengapa hal ini perlu di “address?” Karena dinamika politik saat ini bila tidak terkendali maka akan bisa menuju ke arah Chaos.
Paripurna Perjalanan Perubahan yang disampaikan dalam “Closing Statement” tadi malam oleh Anies Baswedan juga mengirim pesan terakhir kepada Presiden Jokowi di “last minute battle”. Bahwa Presiden Jokowi masih memiliki waktu dan masih memiliki pilihan. Mau menjadi Pemimpin Negarawan atau menjadi Pemimpin Pecundang. Foto: Ist