KABARINDO, JAKARTA -- Perundingan antara Amerika Serikat (AS), Mesir, Israel dan Qatar mengenai gencatan senjata di Gaza berakhir dengan tangan kosong. Seruan agar Israel tidak melanjutkan serangan ke Rafah semakin menguat. Sementara, lebih dari satu juta pengungsi yang mencari perlindungan ada di ujung selatan Gaza.
Badan informasi negara Mesir mengatakan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi bertemu dengan Direktur CIA Williams Burns dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, melindungi warga sipil dan mengirimkan lebih banyak bantuan ke Gaza.
Dikutip dari Aljazirah, Selasa (14/2/2024) di situsnya, badan informasi negara Mesir mengatakan para pemimpin "ingin melanjutkan konsultasi dan koordinasi" dalam isu-isu penting. Pernyataan ini menunjukkan belum ada terobosan yang dicapai. Perwakilan Israel juga hadir dalam pertemuan tersebut.
Rafah yang sebelum perang dihuni 300 ribu orang kini dipadati sekitar 1,4 juta pengungsi. Banyak tinggal di tenda-tenda dan tempat perlindungan sementara setelah Israel mendeklarasikan kota itu sebagai "zona aman" sementara mereka membombardir area utara dan tengah Gaza selama empat bulan.
Lembaga-lembaga kemanusiaan mengatakan tanpa rencana evakuasi warga sipil dan pengiriman bantuan kini pengungsi tidak memiliki tempat lain untuk mengungsi. "Kemana anda akan mengevakuasi orang-orang ini, karena sudah tidak ada tempat aman di seluruh Jalur Gaza, utara sudah hancur, penuh dengan ranjau-ranjau yang belum meledak, pada dasarnya tidak dapat dihuni," kata juru bicara lembaga bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Juliette Touma, seperti dikutip dari Aljazirah.
Warga mengatakan tank-tank kembali menembaki Rafah dua malam berturut-turut. Menimbulkan gelombang kepanikan. Puluhan orang tewas dalam serangan Israel Rafah pada Senin (13/2/2024). Red dari berbagai sumber