Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Ekonomi & Bisnis > Peran Warung dalam Ekonomi Digital Indonesia, Hasil Riset Baru Flourish Ventures

Peran Warung dalam Ekonomi Digital Indonesia, Hasil Riset Baru Flourish Ventures

Ekonomi & Bisnis | Rabu, 28 September 2022 | 23:10 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Peran Warung dalam Ekonomi Digital Indonesia, Hasil Riset Baru Flourish Ventures

Peran Warung dalam Ekonomi Digital Indonesia, Hasil Riset Baru Flourish Ventures

Teknologi jadi kunci untuk meningkatkan kondisi keuangan pengecer lokal kecil

Surabaya, Kabarindo- Flourish Ventures, perusahaan modal ventura global yang memiliki portofolio investasi di Indonesia dan seluruh Asia, merilis sebuah studi baru pada Rabu (28/9/2022) yang menegaskan pentingnya toko kelontong atau warung di Indonesia sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Laporan berjudul Digitizing the Corner Shop mensurvei pemilik toko dan pelanggan warung di India, Mesir, Brasil dan Indonesia serta mengembangkan kerangka kerja untuk memahami peluang mendigitalkan toko kelontong. Laporan tersebut menyebutkan di empat negara ini, perusahaan-perusahaan start up teknologi menyediakan perangkat dan fasilitas online murah untuk toko-toko tersebut, yang dapat meningkatkan pendapatan 60%-100% lebih bila diterapkan dalam skala besar.

Di Indonesia, Flourish mensurvei lebih dari 200 warung dan pelanggan mereka guna menilai potensi teknologi digital untuk membuka peluang efisiensi dan keuangan yang lebih besar bagi warung emak-emak dan bapak-bapak di lingkungan kita.

Survei menemukan 98% konsumen berniat untuk terus berbelanja dalam jumlah yang sama banyak atau lebih di warung-warung lokal sekitar mereka pada masa depan. Pada saat yang sama, 84% pemilik warung mengatakan mereka sudah menggunakan aplikasi digital untuk membantu menjalankan bisnis.

Sebanyak 3,5 juta warung di Indonesia mewakili 70% dari penjualan di pasar grosir yang bernilai 257 miliar dolar AS, meskipun ada persaingan dari pengecer besar. Laporan tersebut menyimpulkan warung merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di Indonesia dan akan tetap penting bagi perekonomian lokal dan nasional.

“Pandemi telah mendorong pelanggan menggunakan teknologi digital. Meski demikian, toko-toko kecil di berbagai tempat di Indonesia atau warung terus menjadi kontributor yang signifikan bagi perekonomian dan mendapat kepercayaan pelanggan,” kata Smita Aggarwal, penasihat investasi global di Flourish Ventures.

Warung tawarkan layanan berbeda

Ia menambahkan, hasil penelitian menunjukkan toko-toko tradisional ini menawarkan kenyamanan dan layanan yang tak tertandingi kepada pelanggan. Ini berarti peluang bagi perekonomian jika mereka memanfaatkan teknologi digital dan menjadi lebih efisien.

Membantu pemilik toko memecahkan masalah dalam bisnis mereka akan menciptakan siklus yang baik dengan meningkatkan penjualan, meningkatkan margin serta berkontribusi pada PDB dan ekosistem yang lebih luas, ujar Smita.

Ia menyebutkan, 67% pelanggan mengatakan mereka berbelanja di warung setempat setiap hari, berkontribusi sebesar 180 miliar dolar AS dalam penjualan toko kelontong di Indonesia. Tidak seperti anggapan umum, ini menandakan warung terus berkembang beriringan dengan toko-toko modern jenis lainnya.

Sebanyak 40% pelanggan yang disurvei menyebutkan pasar lokal merupakan tempat yang paling sering dikunjungi, dibandingkan hanya 10% yang membeli bahan makanan secara online. Kemudian 79% pelanggan mengatakan mereka membeli lebih banyak bahan makanan di warung-warung setempat selama lockdown atau pembatasan. Sebanyak 90% pelanggan menilai kenyamanan sebagai hal paling berharga saat berbelanja di warung, sementara 80% pembeli menyebut layanan pelanggan sebagai pembeda utama.

Sebanyak 84% pemilik warung mengatakan, mereka menggunakan aplikasi pesan untuk berkomunikasi dengan pemasok dan pelanggan, serta 25% berusaha meningkatkan penggunaan teknologi digital dalam dua tahun ke depan untuk meningkatkan penjualan online, komunikasi dan pengiriman. Lalu sebanyak 78% pemilik toko mengatakan, mereka nyaman menggunakan alat digital, namun tetap ada hambatan, karena 41% mengaku kesulitan mempelajari atau mengadopsinya.

Para pemilik warung juga berambisi untuk tumbuh dan menyebut bahwa memperluas penawaran produk sebagai prioritas utama (33%), diikuti dengan meningkatkan pendapatan toko (25%). Penelitian Flourish juga menunjukkan warung-warung di Indonesia berjuang untuk membiayai bisnis mereka dan menghadapi tantangan dalam membeli dan mengelola persediaan.

Smita melihat bahwa warung-warung kerap berjuang dengan inefisiensi rantai pasokan, akses terbatas ke modal kerja dan perkiraan penjualan yang dapat membantu mereka tumbuh. Bila ingin berkembang pada abad ini, pemilik warung harus fokus pada digitalisasi toko. Digitalisasi akan membantu mereka dalam mengakses produk embedded finance.

“Kami percaya, dari sudut pandang ekonomi, sangat penting bahwa warung tetap ada di jantung lingkungan setempat Indonesia, didukung piranti digital untuk meningkatkan pertumbuhan dan keuntungan mereka, ujarnya.

Para pemilik warung menyebutkan bahwa mengelola inventaris dan penempatan produk merupakan kesulitan terbesar (41%) dalam menjalankan bisnis mereka, sedangkan memasok produk dari toko grosir dan melakukan pemesanan serta menerima produk juga kerap sulit dilakukan. Nah, pelacakan dan pembelian inventaris secara digital dapat meningkatkan produktivitas serta menghasilkan jejak data bagi aplikasi keuangan.

Hanya 35% pemilik toko yang bisa memperoleh akses pinjaman ke bank resmi; 28% mengatakan mereka meminjam melalui cara informal seperti pinjam keluarga dan teman. Hanya 4% yang melaporkan meminjam dari pemberi pinjaman digital. Sebanyak 52% warung mengaku mereka menghadapi kesulitan uang tunai saat menjalankan bisnis.

Sebanyak 90% pemilik toko yang disurvei mengatakan mereka tidak pernah mempertimbangkan atau mengajukan pinjaman online karena jangka waktu pinjaman yang pendek (36%), jumlah pinjaman yang tidak mencukupi (27%) atau suku bunga yang tinggi (27%). Efisiensi yang didapatkan dari digitalisasi dan hambatan biaya yang bisa dihilangkan, bisa berarti bahwa tantangan ini mampu menjadi jalan masuk bagi embedded finance untuk menjadi solusi perbaikan model bisnis warung.


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER