Catatan : Pangeran Arsyad Ihsanulhaq, Lc
Mahasiswa Sekolah Kajian Stratejik dan Global
Universitas Indonesia
Di era modern upaya suatu negara untuk meraih pengaruh tidak terbatas pada hard power (militer, ekonomi) namun dapat juga dicapai melalui soft power. Seperti yang diungkapkan oleh Joseph Nye, ilmuan poitik Amerika, bahwa pasca perang dingin soft power digunakan sebagai strategi baru dalam politik internasional suatu negara.
Soft power sendiri diartikan sebagai “suatu kemampuan ataupun kapasitas suatu negara untuk membujuk dan mempengaruhi aktor negara lain melalui daya tarik suatu ideologi negara tersebut, budaya, kehormatan yang mana negara negara lain akan mengikuti negara tersebut” (Handerson, 1998). Adapaun hard power diartikan sebagai “kemampuan yang dimiliki oleh suatu negara untuk memaksakan kehendak negara lain melalui pengaruh militer atau ekonomi atau kombinasi dari keduanya.” (Handerson, 1998).
Fenomena berkembang pesatnya drama Turki ke seluruh dunia khususnya kawasan Timur Tengah dapat dikatakan sebagai soft power yang digunakan oleh pemerintah Turki untuk meraih pengaruh dunia internasional. Miriam Berg, asisten professor jurnalisme dan program komunikasi startegis di Universitas Northwestern Qatar melakukan penilitian pada 2017 atas partisipan pelajar-pelajar Arab yang berkuliah di Qatar. Penilitian tersebut menunjukkan bahwa setelah masuknya drama Turki di televisi Arab persepsi dari mayoritas partisipan terhadap Turki berubah. Studi ini juga menujukkan bahwa kehadiran drama Turki telah meningkatkan kesadaran akan Turki yang sebelumnya tidak dianggap penting ataupun relevan bagi orang Arab.
Penilitian tersebut juga menunjukkan bahwa para partisipan dan keluarga juga memiliki ketertarikan yang lebih tinggi akan Turki dan terdorong untuk berkunjung ke Turki guna melihat langsung apa yang mereka saksikan di layar kaca. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh otoritas pariwisata Turki bahwa jumlah wisatawan Arab yang berkunjung ke Istanbul telah melonjak hampir dua kali lipat dalam 6 tahun, dimana wisatawan dari Qatar sendiri meningkat sebanyak 60.6 persen pada tahun 2014. Kementrian budaya Turki memperkirakan bahwa seiring dengan penayangan serial Noor di televisi Arab, 300.000 penggemar serial ini telah mengunjungi rumah dimana seri ini difilmkan.
Selain fakta di atas, hal segnifikan lain yang dihasilkan dari drama Turki adalah bertambahnya minat masyarakat Arab untuk memiliki properti di Turki. (Al Monitor, 2014).
Kapan dan Bagaimana Fenomena Ini Terjadi
Kehadiran drama Turki mencuri perhatian dunia Timur Tengah pada tahun 2008 saat stasiun MBC yang dimiliki oleh Arab Saudi yang berbasis di Uni Emirat Arab, mulai menayangan serial Noor di jaringan MBC di Timur Tengah. Serial Noor mendapat sambutan yang sangat positif dari dunia Arab. Data yang dikeluarkan oleh New York times dan juga MBC menyatakan lebih dari 80 juta orang dengan usia 15 tahun ke atas telah menyaksikan serial Noor sampai tahun 2010.
Serial lain yang mendapatkan perhatian besar adalah Magnificent century yang tayang di Indonesia dengan judul Abad Kejayaan. Hingga tahun 2019 telah ditonton sebanyak 500 juta penonton di seluruh dunia. Serial yang juga mendapat sambutan luas adalah Resurrection Ertugrul yang bukan hanya diproduksi oleh stasiun televisi pemerintah tapi juga mendapatkan sokongan yang besar dari pemerintah Turki. Film ini bercerita tentang perjuangan para peletak dasar berdirinya dinasti ottoman. Dalam serial Resurrection Ertugrul lima seasonnya bercerita tentang Ertugrul, ayah dari sultan pertama dinasti Ottoman, berperang melawan Pasukan Salib, Mongol, Byzantium dan lainnya. Serial ini mendapat kehormatan sebagai serial yang paling populer yang mengudara di televisi pemerintah
Di antara sekian banyak faktor yang membuat drama Turki mendapat respon yang positif dari penggemar di Timur Tengah, diluar kemajuan teknologi dan nilai seni yang terkandung didalamnya, adalah kesamaan dan perasaan terhubung antara penggemar Arab dengan drama Turki. Penggemar Arab mendapati kesamaan nama para tokoh dengan nama-nama nama yang digunakan di Arab, makanan, pakaian bahkan agama. Jika dibahasakan dengan bahasa anak muda saat ini adalah “sangat relate” dengan kehidupan orang Arab.
Sebelum drama Turki populer di Timur Tengah, Telenovela dari Mexico dan Brazil telah populer lebih dahulu. Namun masyarakat Arab tidak merasa menyatu dengan nilai yang dibawa oleh telenovela yang berasal dari Meksiko dan Brazil.
Faktor lainnya yang menunjang kesuksesan Drama Turki adalah drama Turki diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab dengan dialek suriah yang memang telah lebih dahulu populer dalam drama yang ada di Timur Tengah. Di lain sisi telenovela menjadi kurang dapat diterima oleh dunia Arab karena telenovela diterjemahkan dengan bahasa fusha/resmi yang digunakan di koran dan majalah.
Hingga 2023 pemerintah Turki memproyeksikan bahwa serial drama Turki dapat menghasilkan 1 miliar dollar dari penjualan internasional.