Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Gaya hidup > Pentingnya Vaksinasi Pneumonia bagi Jamaah Haji, Kurangi Resiko Kematian

Pentingnya Vaksinasi Pneumonia bagi Jamaah Haji, Kurangi Resiko Kematian

Gaya hidup | Sabtu, 25 Mei 2024 | 14:18 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Pentingnya Vaksinasi Pneumonia bagi Jamaah Haji, Kurangi Resiko Kematian

Pentingnya Vaksinasi Pneumonia bagi Jamaah Haji, Kurangi Resiko Kematian

Surabaya, Kabarindo- Tercatat penyakit terbanyak yang menyebabkan jamaah haji meninggal dunia yaitu pneumonia, sepsis, syok kardiogenik, infark dan miokard akut (serangan jantung).

Untuk mengurangi resiko kematian akan penyakit tersebut adalah pemberian Vaksin Pneumonia. Hal ini disampaikan dr. Nevy Shinta Damayanti, Sp.P, MARS, FISR, dari Perhimpunan Dokter Haji Indonesia dalam presentasinya dalam talk show bertajuk “Sadar Kesehatan: Pencegahan Risiko Pneumonia Bagi Jemaah Haji dan Umrah” di Malang.

Kegiatan tersebut diadakan oleh Yayasan Haji Muslimat NU dan Yayasan Astana Penanggulangan Bencana yang didukung oleh PT Pfizer Indonesia. Talkshow mengangkat tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan yang lengkap, salah satunya vaksinasi pneumonia selama perjalanan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci.

dr. Nevy menekankan, vaksinasi Pneumonia berperan penting guna memberikan imunitas bagi para calon jamaah haji Indonesia. Vaksinasi ini juga telah terbukti efikasinya oleh BPOM dan aman.

“Dengan vaksinasi, kita dapat mengurangi potensi tertular infeksi bakteri, virus maupun jamur yang berbahaya. Hanya dengan vaksinasi saja, kita bisa menurunkan risiko penularan sebesar 2,1 - 2,2 kali lipat lebih efektif,” ujarnya dalam rilis yang diterima pada Sabtu (25/5/2024).

Mayoritas jamaah Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai kelompok berisiko karena usia mereka yang cenderung tua dan adanya penyakit penyerta atau komorbid. Besarnya jumlah jamaah dari berbagai negara dan perubahaan iklim semakin menegaskan perlunya penerapan protokol kesehatan untuk menjamin keselamatan jamaah haji dan umrah. Terlebih bagi jamaah haji karena masa ibadah yang lebih lama, maka perlu mendapat perhatian lebih dalam persiapan dan penerapan protokol kesehatan.

Tercatat sepanjang 2023, jumlah jamaah umrah di Arab Saudi mencapai rekor 13,55 juta orang, meningkat 58% dari 2019. Jamaah asal Indonesia berjumlah 808.301orang selama Januari – Agustus 2023. Sedangkan jamaah haji dari seluruh dunia pada 2023 mencapai 1,8 juta orang dan jumlah jamaah dari Indonesia sebanyak 221.000 orang. Dari jumlah ini, 61.536 orang masuk kategori lanjut usia (65 tahun keatas). Menurut laporan dari Kementerian Agama Indonesia, sebanyak 773 orang jamaah meninggal dan 562 orang di antaranya kategori lansia.

Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin, Pembina Yayasan Astana Penanggulangan Bencana, mengatakan bahwa menjaga kesehatan umat adalah prioritas utama untuk memastikan kelancaran dan keselamatan selama perjalanan ibadah ke Tanah Suci. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah, termasuk Panitia Penyelenggara Ibadah Umrah (PPIU), Penyelenggaran Ibadah Haji Khusus (PIHK), ustad dan calon jamaah itu sendiri.

“Karena itu, Yayasan Astana menginisiasi acara ini dengan tujuan mendorong peran penting penyelenggara perjalanan ibadah umrah maupun haji dalam menerapkan protokol kesehatan secara komprehensif, mulai dari tahap persiapan hingga setelah kembali dari Tanah Suci,” ujarnya.

Sementara itu, Drs. H. Mohammad As Adul Anam M. Ag, Perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, mengatakan meningkatnya jumlah jamaah haji maupun umrah memerlukan penyesuaian protokol kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan ketat, pengaturan kuota jemaah, peningkatan infrastruktur, edukasi kepada jemaah, kerja sama antar negara dan pemantauan berkelanjutan. Langkah-langkah ini penting untuk memastikan persiapan dan pelaksanaan ibadah haji yang aman dan lancar setiap tahun.

Penyakit pernapasan menular

Berdasarkan data Pusat Kesehatan Haji Sekjen Kementerian Kesehatan RI pada 2019, salah satu penyakit pernapasan menular yang paling banyak ditemukan di kalangan jamaah Indonesia di Tanah Suci adalah pneumonia. Penyakit ini menimbulkan peradangan akut jaringan paru yang disebabkan oleh mikro-organisme seperti bakteri, jamur dan virus, yang mengakibatkan kantung udara dalam paru-paru dipenuhi cairan atau nanah, sehingga membuat penderitanya sulit bernafas. Proses penularan penyakit ini tergolong cepat, karena melalui percikan penderita saat batuk atau bersin, serta diperburuk dengan kondisi yang ramai dan kurang kondusif.

Secara umum, pneumonia termasuk dalam 10 penyebab kematian utama di Indonesia. Kelompok penyintas COVID-19 pada era pandemi lalu bahkan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terpapar, karena kondisi paru-paru dan saluran pernapasan yang tidak lagi prima. Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang sangat esensial. Jika fungsi paru-paru tak lagi prima dan terpapar virus atau bakteri, hal ini dapat mengancam nyawa. Dengan mayoritas jamaah Indonesia yang memiliki usia lanjut dan penyakit komorbid, diperlukan mitigasi protokol kesehatan. Salah satunya melalui vaksin lengkap seprti vaksinasi pneumonia.

Menurut Dr. M. Imran Saleh Hamdani dari Pusat Kesehatan Haji, jamaah yang diestimasikan berangkat pada 2024, harus menjalani pemeriksaan kesehatan lebih dulu. Pemeriksaan akan diperluas dengan menambahkan 3 assesment yaitu kognitif, mental dan khusus lansia menjalani tes kemandirian dalam melakukan aktivitas kesehariannya.

Nyai Hj. Hizbiyah Abdurrachim, Ketua Yayasan Haji PP Muslimat NU, menambahkan selama melaksanakan ibadah haji/umroh, jamaah akan merasa lebih tenang dan fokus pada ibadahnya tanpa kekhawatiran akan risiko infeksi.

"Perjalanan umrah/haji setelah mendapatkan vaksin Pneumonia akan memberikan pengalaman spiritual yang mendalam, memberi kedamaian pikiran dan menjadikan lebih fokus menjalankan ibadah,” ujarnya.

Foto: istimewa


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER