KABARINDO, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada hari Senin (6/12) mengeluarkan rekomendasi kuat untuk tidak memberikan plasma konvalesen untuk mengobati pasien Covid-19, mengutip penelitian yang menunjukkan tidak adanya peningkatan perbaikan kesehatan pada pasien yang menerima perawatan.
Dalam terapi plasma konvalesen, plasma darah disumbangkan oleh seseorang yang telah pulih dari virus dan ditransfer ke pasien yang memerangi virus dengan harapan antibodi donor membantu melawan infeksi.
Akan tetapi, kelompok pengembangan pedoman WHO menemukan bahwa “tidak ada manfaat yang jelas untuk hasil kritis seperti kematian dan ventilasi mekanis untuk pasien dengan penyakit tidak parah, parah atau kritis, dan kebutuhan sumber daya yang signifikan dalam hal biaya dan waktu untuk pemberian.”
Kelompok itu mengatakan pengobatan ini juga menghadapi tantangan praktis, seperti menemukan dan menguji donor serta mengumpulkan, menyimpan dan mengangkut plasma.
Rekomendasi tersebut didasarkan pada 16 uji coba dengan lebih dari 16.000 pasien dengan infeksi Covid tidak parah, parah, dan kritis. Kelompok tersebut mengatakan penelitian tentang pengobatan harus dilanjutkan dalam uji coba kontrol secara acak. Rekomendasi baru ini diterbitkan dalam British Medical Journal.
Sebelum ini, percobaan pengobatan dengan plasma darah berbasis di AS dihentikan pada bulan Maret lalu setelah ditemukan bahwa plasma tidak menunjukkan manfaat untuk membantu pasien ringan sampai sedang.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada bulan Februari mengurangi otorisasi penggunaan darurat plasma konvalesen, hingga perawatan ini hanya mencakup pasien rawat inap di awal perkembangan penyakit, dan pasien rawat inap yang memiliki gangguan sistem kekebalan yang tidak mampu menghasilkan respons antibodi yang kuat.
“Plasma dengan tingkat antibodi yang rendah belum terbukti membantu dalam COVID-19,” kata FDA dalam otorisasi darurat yang direvisi pada bulan Februari.
Beberapa penelitian termasuk yang dilakukan National Institutes of Health pada Agustus juga mengungkapkan ketidakefektifan penggunaan plasma darah untuk mengobati COVID.
Senada dengan ini, The New England Journal of Medicine, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu, menemukan bahwa plasma konvalesen tidak mencegah perkembangan penyakit pada pasien rawat jalan berisiko tinggi bila diberikan satu minggu setelah timbulnya gejala. Itu juga tidak meningkatkan hasil klinis pada pasien rawat inap di akhir perjalanan penyakit mereka, menurut penelitian.
Namun, penelitian ini menemukan bahwa plasma konvalesen memang mengurangi perkembangan penyakit pada orang dewasa rawat jalan yang lebih tua jika diberikan dalam waktu 72 jam setelah timbulnya gejala. *** (Foto: European Blood Alliance)