KABARINDO, Jakarta - Pengamat politik CSIS, Arya Fernandez, menilai Ketua DPR Puan Maharani perlu beradaptasi dengan situasi pemilih yang tengah berubah untuk bisa bersaing dalam Pilpres 2024.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan Puan Maharani, kata Arya, adalah mendekati pemilih dari Gen Z dan milenial, karena jumlahnya setengah dari populasi pemilih Indonesia pada tahun 2024.
“Desain kampanye harus berubah. Puan harus masih ke kalangan penduduk berusia di bawah 39 tahun (Gen Z dan milenial). Jumlah mereka sangat signifikan,” kata Arya Fernandez di Jakarta, Senin (21/2/2022).
Menurut Arya, perilaku juga tindakan politik pemilih muda tersebut diprediksi akan berbeda dengan generasi lainnya, baik dari preferensi isu, medium informasi dan aktor yang disukai. Karena itu, desain maupun isu kampanye harus bisa menyasar pemilih Gen Z ini.
“Saya melihat, pemilih Gen Z ini tertarik isu-isu baru, seperti kesehatan publik, perubahan iklim, lingkungan hidup, digital government, dan lainnya,” Arya menambahkan.
Arya menejelaskan data penetrasi internet pada tahun 2022 diperkirakan sebesar lebih dari 70% populasi sudah mengakses internet. Demikian juga, penetrasi publik terhadap media sosial (medsos) terus meningkat.
Saat ini, bahkan berkembang juga Artificial Intelligence (AI) dan big data analytics untuk memprediksi dan mengetahui preferensi sosial-politik publik.
“Jadi, tim kampanye Puan Maharani harus bisa meracik strategi yang mudah dipahami dan diterima oleh gen Z dan kelompok millenial ini,” katanya.
Arya mengatakan dalam konteks saat ini, Puan mempunyai banyak instrumen politik sebagai bagian marketing politik.
Hanya saja, sejauh ini aktivitas kampanyenya belum berdampak secara elektoral. Artinya, aktivitas kampanye belum linear dengan elektabilitas.
“Maka saya kira yang perlu dilakukan saat ini, beliau harus merombak desain strategi kampanyenya sehingga posisi politik yang ada bisa punya dampak ke tingkat keterpilihan beliau,” ucap Arya.
Arya juga menyebut Puan Maharani berpotensi menjadi penentu koalisi Pilpres 2024. Dukungan kursi PDI Perjuangan (PDIP) 21% di parlemen membuat posisi Puan sangat menentukan.
“Dengan kursi 21% di DPR, Puan bisa menjadi king maker dalam penentuan koalisi,” imbuhnya.
Menurut Arya, PDIP merupakan satu-satunya parpol yang paling mampu mengajukan calon presiden tanpa harus berkoalisi.
Dalam konteks koalisi, posisi PDIP sangat berpengaruh. Terkait posisi Puan Maharani, kata Arya, akan lebih ideal dan realistis maju sebagai calon Wakil Presiden.
“Artinya beliau bisa merekalkulasi lagi niat untuk maju sebagai calon presiden. Karena bila ia tetap berniat maju, pekerjaan rumahnya sangat berat. Puan harus kerja keras, sering bicara isu publik, aktif di sosial media dan memiliki çapaian atau kinerja yang diingat publik,” ujar Arya.
Sumber Berita: Berita Satu
Foto: Antara, DPR