LAPANGAN MIGAS : Salah satu lapangan migas di kawasan Tambun, Bekasi Jawa Barat. SKK Migas berkolaborasi dengan KKKS untuk mendongkrak produksi migas nasional. (FOTO:ANTON CH/KABARINDO.COM)
________
JAKARTA -- Di tengah pergeseran paradigma energi global menuju energi hijau, sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia justru menunjukkan geliat positif. Angka investasi triliunan rupiah dan peningkatan produksi migas melebihi target Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah cerminan langsung dari peran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai orkestrator yang berhasil merangkai insentif fiskal, penyederhanaan birokrasi, dan kepastian hukum menjadi daya tarik bagi investor.
Angin segar berembus dari sektor hulu migas tatkala SKK Migas mengumumkan capain impresif lifting migas nasional. Dalam paparan kinerja tengah tahun beberapa waktu lalu, SKK Migas mengumumkan investasi tumbuh signifikan sebesar 28,6%. Hingga paruh pertama 2025, tercatat, investasi yang masuk mencapai USD 7,19 miliar atau sekitar Rp 118 triliun. Sementara periode yang sama tahun lalu tercatat hanya USD 5,59 miliar. Untuk Lifting minyak menembus 580 ribu barel per hari (BOPD) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar 576 BOPD. Sedangkan untuk contingent resource mencapai 919 MMBOE atau meningkat 51% dibandingkan target setahun penuh yang sebesar 650 MMBOE.
Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di kantor Kementerian ESDM beberapa waktu lalu menyebutkan, realisasi lifting minyak pada September 2025 mencapai 619 ribu barel per hari (BOPD), melampaui target yang tercantum di Anggaran Pemdapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 605 ribu barel per hari.
Menteri Bahlil mengatakan, rata-rata kumulatif realisasi lifting minyak dari Januari hingga 5 Oktober 2025, tutur dia, mencapai sekitar 605–607 ribu BOPD. Dengan demikian, target APBN 2025 sudah terlampaui.
Pencapaian impresif sektor hulu migas itu diakui Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro tak lepas dari keberhasilan SKK Migas menggandeng Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk bersama-sama mennaklukkan tantangan yang dihadapai industri hulu migas di tengah isu transisi energi. “SKK Migas berhasil menjadikan KKKS sebagai mitra. Sehingga, KKKS semakin yakin dengan masa depan industi hulu migas di Indonesia,”ujarnya kepada Kabarindo.com di Jakarta, Senin (10/11/2025).
Menurut Komaidi, peran penting SKK Migas tidak hanya terletak pada pengawasan produksi KKKS, tetapi juga sebagai Investment Enabler. Skema kontrak yang lebih fleksibel seperti gross Split dan cost recovery dan insentif khusus bagi pengembangan lapangan non-konvensional atau proyek yang membutuhkan modal besar, seperti penerapan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di respons positif oleh KKKS.
Gencarnya SKK Migas mempromosikan cekungan-cekungan migas baru, terutama di Indonesia Timur, kepada perusahaan migas internasional, dinilai Komiadi sebagai strategi jitu untuk menggaet investasi. “Dengan adanya investasi, tentu menjadi solusi bagi tantangan berupa penurunan alamiah cadangan migas di dalam negeri,”ungkapnya.
Komaidi pun meyakini, target produksi 1 juta barel minyak per hari di masa depan akan tercapai. “Saya meyakini, dengan performa industri hulu migas saat ini, tahun depan lifting migas nasional akan terus naik. Untuk mencapai 1 juta BOPD, saya perkirakan sekitar enam tahun lagi,”ucapnya.
Analisa Komaidi tersebut didasarkan pada kegiatan eksplorasi yang membutuhkan waktu hingga tiga tahun. “Ibarat menanam padi, tak bisa langsung dipanen. Dengan adanya investasi baru, tentu menjadi jaminan ada kepastian kegiatan eksplorasi migas,”katanya. Komaidi pun menyarankan agar SKK Migas memperkuat kolaborasi dengan para stakeholder dalam rangka meningkatkan produksi dan menemukan cadangan migas raksasa. “Karena untuk menemukan giant field, tentu harus bekerja bersama-sama,”katanya.
Investasi paling nyata yang dikoordinasikan SKK Migas terlihat melalui proyek-proyek yang mulai onstream (beroperasi) di tahun 2025. Setidaknya 15 proyek senilai total Rp 13,65 triliun masuk dalam daftar ini, melibatkan KKKS domestik maupun internasional. Diantaranya, Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang melakukan investasi berkelanjutan pada proyek strategis seperti Balam GS Upgrade dan pengembangan teknologi CEOR (Chemical Enhanced Oil Recovery) di Lapangan Minas untuk menambah produksi dari sumur tua.
Perusahaan nasional lainnya, yakni Medco E&P Natuna yang berinvestasi besar pada proyek gas di Terubuk, yang ditargetkan menambah kapasitas gas nasional secara signifikan. Kemudian Pertamina EP untuk proyek Akasia Bagus Stage-1 dan pengeboran eksplorasi baru seperti NW Wilela-1. Ada juga JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi, yang menambah investasi pada proyek gas Senoro Selatan untuk menjaga pasokan ke fasilitas LNG.
Perusahaan lainnya yakni Premier Oil Natuna Sea B.V. yang menanamkan investasi untuk proyek A-24. Kemudian Kangean Energy yang elakukan investasi jumbo pada pengeboran eksplorasi sebagai bagian dari komitmennya, didorong oleh data seismik yang menjanjikan. Senada dengan Komaidi, Direktur Center for Energy Policy Muhammad Kholid Syeirazi mengatakan, melalui orkestrasi yang tepat dan fokus pada kemudahan investasi, SKK Migas berhasil memposisikan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi migas yang paling menarik di Asia Tenggara. “Sekarang tinggal bagaimana memperkuat regulasi di sektor fiskal. Misalnya dengan membuat skema hasil yang fleksibel, tentu itu akan semakin menarik banyak minat investor,”ujarnya kepada Kabarindo.com, di Jakarta, Senin (10/11/2025).
Kholid pun memiliki optimisme, bahwa SKK Migas mampu mendorong peningkatan produksi migas nasional termasuk melibatkan pemerintah daerah. “SKK Migas berhasil mengkondisikan KKKS untuk menaikkan produksi. Dengan pengelolaan sumur rakyat yang sekarang diatur pemerintah, tentunya dari 45 ribu-an sumur akan ada tambahan produksi yang signifikan, bisa 45 ribu BOPD, atau taruhlah separuhnya saja 22.500 BOPD tentu akan signifikan dalam mendukung swasembada energi,”paparnya.
Pengelolaan sumur rakyat sendiri mengacu kepada Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025. Peraturan tersebut memuat kerjasama pengelolaan bagian wilayah kerja untuk peningkatan produksi minyak dan gas bumi yang bertujuan melegalkan pengelolaan sumur minyak rakyat. Melalui peraturan ini, sumur-sumur minyak rakyat dapat dikelola secara profesional dan legal oleh koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMD), atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui kerjasama dengan kontraktor migas.
Sehingga memberikan landasan hukum yang jelas bagi aktivitas sebelumnya yang sering tidak memiliki dasar hukum yang jelas. Permen ESDM No 14 tahun 2025 itu merupakan regulasi strategis yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk mengatasi penurunan produksi migas nasional dan memberikan payung hukum bagi pengelolaan sumur minyak yang selama ini dilakukan oleh masyarakat.
"Peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi migas nasional, memperbaiki tata kelola kegiatan usaha hulu migas, serta memberdayakan ekonomi lokal,"tegas Deputi Eksploitasi SKK Migas Taufan Marhaendrajana kepada Kabarindo.com saat sosialisasi Permen ESDM No 14 tahun 2025 beberapa waktu lalu.
Peraturan itu, lanjut dia, memiliki peran krusial dalam upaya mewujudkan percepatan ketahanan energi nasional melalui ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi. Dengan membuka peluang kerja sama, terutama pada sumur-sumur yang idle (tidak berproduksi) atau lapangan yang sudah berproduksi namun memiliki potensi peningkatan.
Taufan mengatakan, peraturan tersebut diharapkan dapat meningkatkan lifting nasional. Peningkatan produksi dari sumur-sumur yang sebelumnya tidak terkelola secara optimal, termasuk sumur-sumur tua dan sumur masyarakat, akan secara langsung menambah volume produksi migas nasional (lifting), yang merupakan indikator penting ketahanan energi. "Saat ini ada potensi 10 ribu hingga 15 ribu barel minyak per hari dengan melibatkan tenaga kerja 200 ribu orang,"imbuhnya.
Bersama Mencapai Swasembada Energi
Orkestrasi yang dilakukan SKK Migas dalam rangka mencapai swasembada energi itu mendapat respons positif pemerintah daerah, salah satunya Kabupaten Blora. Bupati Blora Arief Rohman kepada Kabarindo.com mengungkapkan, prospek jangka Panjang pengelolaan sumur minyak masyakarat ini sangat baik, karena akan melibatkan banyak tenaga kerja.
“Juga menambah uang berputar dan tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,”paparnya. Menurut dia, BUMD dan UMKM di Blora akan tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. “BUMD Blora melalui PT Blora Patra Energi juga akan mengelola ratusan sumur masyarakat yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatannya,”tegasnya.
Menurut Arief, Pemerintah Kabupaten Blora saat ini masih berpegang teguh pada aturan di Permen ESDM Nomor 14 Tahun 2025, karena tata cara pengurusan ijin, sampai dengan bagi hasil sudah diatur dengan jelas. “Apabila nanti diperlukan Peraturan Bupati yang bisa menaungi pengelolaan sumur minyak masyarakat, akan kami susun sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan yang ada diatasnya,”katanya.
Tak hanya di Jawa, SKK Migas juga mendorong seluruh stakeholder industri hulu migas di seluruh Indonesia untuk bersama meningkatkan produksi. Di wilayah Sumatera Bagian Selatan misalnya, berhasil memompa migas melebihi target. Sampai dengan September tahun 2025 mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun 2024. Tercatat, pada periode Januari-September 2025 rata-rata sebesar 68.391 barel minyak per hari(BOPD) lebih tinggi dibanding rata-rata periode yang sama tahun lalu sebesar 66.990 barel minyak per hari.
Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), Yunianto dalam keterangannya Minggu (9/11/2025) mengatakan, pihaknya mengapresiasi hasil kerja keras semua KKKS) Wilayah Sumbagsel karena tidak hanya berhasil menekan laju penurunan produksi alamiah yang sebesar 30 persen per tahun, bahkan mampu mendongkrak produksi, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. “Semua merupakan kolaborasi dan kerja bersama semua pihak, baik KKKS maupun semua pemangku kepentingan,” tegasnya.
Untuk produksi gas, Wilayah Sumbagsel berhasil menekan laju penurunan produksi alamiah dari sebesar 30 persen per tahun mampu ditekan hanya 6,98 persen pada periode Januari-September tahun 2025. Produksi gas wilayah ini pada periode Januari – September 2025 tercatat sebesar 1.464 juta kaki kubik per hari dibanding tahun 2024 sebesar 1.574 juta kaki kubik per hari. “Kami optimis, pada tahun-tahun mendatang produksi gas Sumbagsel akan mengalami incline seperti produksi minyak di wilayah Sumbagsel,” ungkap Yunianto.
Sedangkan Kepala Departemen Operasi SKK Migas Wilayah Sumbagsel, Bambang Dwi Djanuarto mengatakan, sejumlah pengeboran sumur pengembangan yang berhasil antara lain Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 4 yang berhasil mendapatkan tambahan produksi minyak 5.441 barel per hari dan produksi gas 20,74 juta kaki kubik per hari dari 33 pengeboran sumur pengembangan.
Kemudian Petrochina International Jabung Ltd berhasil menambah produksi minyak 1.596 barel minyak per hari dan produksi gas 9,85 juta kaki kubik per hari dari 6 pengeboran sumur pengembangan. Serta Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 1 berhasil menambah produksi minyak sebesar 833,81 barel per hari dan produksi gas 0,74 juta kaki kubik per hari.
Sedangkan dari pengeboran eksplorasi di wilayah Sumbagsel ada temuan cadangan baru dengan potensi tambahan Produksi sebesar 5,595 BOPD & 17.24 MMSCFD. Sejumlah pengeboran sumur eksplorasi yang berhasil antara lain KKKS Sele Raya Belida dari Sumur Sungai Anggur Selatan, 2 sebesar 3.856 barel minyak per hari dan 3,2 juta kaki kubik gas per hari.
Dari sumur Sungai Anggur Utara – 1 sebesar 1.100 barel minyak per hari serta Pertamina Hulu Rokan Jambi Merang dari Sumur Padang Pancuran (PPC) sebesar 400 barel minyak per hari.
Memberikan Multiplier Effect Industri Lain
Keberhasilan SKK Migas dalam mengorkestrasi industri hulu migas, memberikan multiplier effect nyata terhadap industri lainnya, salah satunya perkapalan. Tercatatan beberapa emiten perkapalan melakukan investasi untuk menyokong industri hulu migas di Tanah Air. “Itu membuktikan bahwa masa depan industri hulu migas di Indonesia sangat cerah,”kata Pengamat Kebijakan Publik Hasyim Arsal Alhabsi.
Direktur Dehills Institute ini menambahkan, tak hanya industri perkapalan saja yang mendapatkan berkah, namun industri lain seperti transportasi dan logistik juga akan mendapatkan dampak positif. “Industri hulu migas merupakan industri yang padat modal dan padat karya. Melihat tren pertumbuhan tahun ini, tentu kontribusinya akan semakin besar bagi bangsa di masa mendatang,”paparnya.
Salah satu emiten perkapalan yang melakukan investasi dalam rangka mendukung kegiatan hulu migas yakni PT Cakra Buana Resources Energi, Tbk. (CBRE). Perusahaan ini membeli satu unit armada jenis pipe-laying & lifting vessel atas nama kapal HAI LONG 106. Nilai pembelian mencapai USD100 juta atau setara Rp1,61 triliun.
Direktur Utama CBRE Suminto Husin Giman dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI)mmengatakan, armada baru jenis Pipe-laying & lifting vessel (kapal penunjang kegiatan lepas pantai) tersebut akan digunakan oleh perseroan secara komersial dalam skema kerja sama operasional atau sewa guna usaha dengan mitra strategis yang sedang membutuhkan layanan pendukung kegiatan operasional lepas pantai (offshore) seperti pemasangan pipa bawah laut (sub pipe lying). Selain CBRE, PT Hafar Daya Konstruksi (HDK), perusahaan migas lepas pantai yang baru diakuisisi PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT Petrosea Tbk (PTRO), mendapatkan proyek Lapangan Hidayah milik Petronas.
Kontrak yang telah diperoleh adalah proyek dengan anak usaha Petroliam Nasional Berhad (Petronas), yaitu Petronas Carigali North Madura II Ltd. Petronas Carigali North Madura II Ltd. adalah operator tunggal Wilayah Kerja (WK) North Madura II, setelah pihaknya menemukan cadangan minyak lewat pengeboran sumur Hidayah-1.
Pada proyek Pengembangan Lapangan Hidayah Tahap 1 ini, HDK akan menyediakan layanan Engineering, Procurement, Construction, Installation and Commissioning (EPCIC) untuk Integrated Wellhead Central Processing Platform (WHCPP), serta Subsea Pipeline and Pipeline End Terminal (PLET).Bertumbuhnya industri penunjang hulu migas itu, tentu menjadi salah satu bukti keberhasilan kolaborasi SKK Migas dan para stakeholder industri hulu migas.
Sekretaris SKK Migas Luky A. Yusgiantoro mengungkapkan optimismenya, bahwa deretan kinerja positif tersebut menjadi modal yang berharga bagi SKK Migas dan KKKS untuk dapat mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah, terutama target lifting minyak dan gas bumi tahun 2025. “Ini tentu kabar baik, sekaligus menegaskan kesiapan dari industri hulu migas dalam mendukung pencapaian Asta Cita di sektor energi, dengan kontribusi hulu migas dalam memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri maupun dukungan dalam swasembada pangan dengan kecukupan kebutuhan gas untuk industri pupuk,”ujarnya.





