KABARINDO, NAYPYIDAW – Dalam pernyataan resmi pada Rabu (22/12), Junta Militer Myanmar menyebutkan akan mulai menerima Renminbi sebagai mata uang resmi tahun depan untuk digunakan dalam perdagangannya dengan China karena mereka akan memulai kembali beberapa proyek bersama dan ingin menjalin hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Beijing.
Junta Myanmar, yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, mengatakan dalam pernyataan itu bahwa mereka menikmati "kekerabatan" khusus dengan China, yang telah mendukungnya dengan bantuan finansial dan persediaan vaksin COVID-19.
Proyek percontohan mata uang itu diharapkan akan "lebih meningkatkan kerja sama bilateral" dengan Beijing dan akan "secara substansial meningkatkan perdagangan perbatasan", terutama untuk produk pertanian.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh kementerian informasi dan investasi itu juga mengidentifikasi proyek infrastruktur dengan China yang dikatakan sebagai "prioritas utama" untuk kebangkitan ekonominya, termasuk rencana kereta api dan pelabuhan.
Outlet media pemerintah China Global Times sebelumnya melaporkan rencana Renminbi Myanmar, dan mengatakan langkah itu bertujuan untuk mengatasi kekurangan dolar AS dan mata uang asing lainnya selama periode gejolak ekonomi.
(Foto: Bagan - mata uang resmi Myanmar)
Pandangan Pengamat Internasional
Kudeta militer di Myanmar dan tindakan keras sesudahnya terhadap pengunjuk rasa yang menyebabkan ratusan orang tewas telah banyak dikritik di Barat dan mendorong sanksi internasional terhadap pejabat militer dan bisnis terkait militer.
Baca juga: Lima Pengunjuk Rasa Tewas Ditabrak Tentara Myanmar
Analis politik internasional pada umumnya mengatakan bahwa isolasi internasional Myanmar yang meningkat dapat mendorong negara itu lebih dekat ke China, yang belum secara terbuka mengkritik kudeta tetapi telah berulang kali mendesak berbagai pihak di Myanmar untuk "menjembatani perbedaan mereka" dan "memajukan transisi demokrasi".
PBB memperkirakan hampir setengah populasi Myanmar, yang pernah menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia, akan terdorong ke bawah garis kemiskinan tahun depan karena dampak ganda kudeta dan pandemi.
Namun, kementerian lokal menyatakan bahwa penurunan ekonomi Myanmar tahun ini "jauh lebih ringan daripada perkiraan beberapa ekonom internasional" dan bahwa negara itu memperkirakan akan mencatat pertumbuhan moderat pada 2021-2022. ***(Sumber: Reuters; Foto: Unsplash)