Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Hukum & Politik > Mencari Peran Wakil Presiden Muda

Mencari Peran Wakil Presiden Muda

Hukum & Politik | 2 jam yang lalu
Editor : Gatot Widakdo

BAGIKAN :
Mencari Peran Wakil Presiden Muda

Oleh: Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LL.M.

Lawyer, Writer, Politician.

Satu tahun duet Prabowo–Gibran, publik masih bertanya: di mana sebenarnya peran wakil presiden muda ini?
Presiden berkeliling dunia membicarakan isu besar — pangan, energi, pertahanan.
Sementara wapresnya lebih sering tampil di acara seremonial: membagi sembako, memotong pita, berswafoto, atau berkunjung ke pos kamling.
Semua kegiatan itu baik, namun terlalu sederhana untuk jabatan setinggi wakil presiden.

Padahal di tengah tantangan global dan ekonomi yang goyah, Indonesia butuh second man in command, bukan second man in comfort.
Wapres seharusnya menjadi penggerak kebijakan, penyeimbang presiden, dan penjaga arah pemerintahan.

Dari Dinasti ke Dinas-ti

Langkah Gibran menuju kursi wapres menyisakan dugaan rekayasa hukum dan etika politik.
Perubahan batas usia calon di MK yang beririsan darah dengannya menimbulkan pertanyaan serius:
apakah konstitusi dijaga untuk rakyat, atau dijahit untuk keluarga?
Mungkin sah secara hukum, tetapi menyisakan cacat moral dan luka dalam pada rasa keadilan publik.

Jabatan Ada, Fungsi Tak Terasa

Setahun berlalu, publik belum melihat gebrakan atau portofolio kebijakan yang jelas.
Negara tidak dikelola dengan punchline dan acara-acara seremonial, melainkan dengan policy line dan keputusan strategis.
Peran wapres masih terasa simbolik — belum menyentuh level kepemimpinan kenegaraan yang sesungguhnya.

Belajar dari Para Wapres Fenomenal

Sejarah Indonesia mencatat banyak wakil presiden yang meninggalkan jejak kuat:

Mohammad Hatta membangun fondasi ekonomi kerakyatan;
BJ Habibie membawa bangsa ini pada lompatan teknologi dan reformasi demokrasi;
Jusuf Kalla menjadi juru damai dan problem solver nasional;
Adam Malik mengharumkan nama Indonesia di dunia diplomasi;
Boediono menjaga stabilitas fiskal dan tata kelola ekonomi;
Tri Sutrisno mengawal masa transisi militer-sipil;
dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX meneguhkan semangat pengabdian tanpa pamrih.

Mereka semua berdiri sejajar dengan presiden — bukan sekadar pengiring, tapi penopang negara di masa genting.

Dari Aksesori ke Aksi

Satu tahun sudah berlalu, dan publik masih menunggu bukti bahwa Gibran adalah aset bagi bangsa, bukan aksesori kekuasaan.
Sejarah tak mencatat siapa yang paling muda menjabat, tapi siapa yang paling banyak bekerja. Wapres harus hadir sebagai second man in command, Karena jika tidak, ia akan dikenang bukan karena prestasi, melainkan karena diam di tengah hiruk-pikuk bangsa.


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER