Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Iptek > Manfaat dan Resiko Penggunaan Artificial Intelligence di Indonesia

Manfaat dan Resiko Penggunaan Artificial Intelligence di Indonesia

Iptek | Senin, 8 Januari 2024 | 21:48 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Manfaat dan Resiko Penggunaan Artificial Intelligence di Indonesia

Manfaat dan Resiko Penggunaan Artificial Intelligence di Indonesia

Surabaya, Kabarindo- Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) mengalami kemajuan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Kemudahan mengakses produk-produk berbasis AI pun turut mendorong masyarakat untuk semakin memanfaatkannya di berbagai aspek kehidupan.

Namun terlepas dari kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan, terdapat juga kekhawatiran pada masyarakat Indonesia mengenai etika, privasi dan dampak teknologi ini terhadap masa depan dunia kerja.

Co-Founder dan CTO Populix, Jonathan Benhi, mengatakan pesatnya kemajuan teknologi AI tak luput dari berbagai faktor, termasuk peningkatan daya komputasi, ketersediaan kumpulan data yang semakin luas dan terobosan inovatif dalam desain algoritma. Sejatinya AI membawa sekumpulan manfaat sekaligus risiko dalam penerapannya. Salah satu manfaatnya yaitu mampu mengefisiensikan pekerjaan yang berulang dan menganalisis data secara akurat, sehingga mendorong potensi bisnis untuk terus tumbuh dengan cepat.

“Namun penggunaan AI sangat bergantung pada Big Data dan data pribadi yang berpotensi bocor atau disalahgunakan. Karena itu, diperlukan penerapan AI yang bertanggung jawab dengan mengedepankan prinsip-prinsip etika dan transparansi di sepanjang siklus hidup AI. Tujuannya untuk memastikan sistem AI unggul secara teknis serta sejalan dengan nilai-nilai sosial dan standar etika yang berlaku di Indonesia,” ujarnya.

Pemanfaatan AI di tempat kerja

Sentimen masyarakat terhadap masa depan dunia pekerjaan di era kemajuan AI beragam. Sebagian masyarakat sangat khawatir terhadap pemanfaatan AI yang dapat menggantikan peran manusia di lingkup pekerjaan. Sebanyak 55% responden dalam survei yang dilakukan ooleh Populix menyatakan khawatir pekerjaan mereka akan digantikan oleh AI. Hal ini kemudian berdampak terhadap ketidakpuasan kerja dan meningkatnya stres.

Di sisi lain, banyak orang menganggap AI memungkinkan proses kerja yang lebih efisien berkat kemampuan dalam mengotomatisasi tugas-tugas sederhana dan bersifat berulang. Dengan demikian, karyawan dapat fokus pada aspek pekerjaan yang menuntut sisi kreatif. Analisis dan wawasan yang digerakkan oleh AI juga dapat memberikan informasi yang sangat berharga untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan merumuskan strategi yang lebih efektif. Dengan peningkatan kualitas pekerjaan yang didukung oleh AI tersebut, karyawan merasa lebih puas dengan hasil pekerjaannya.

Masyarakat sebagai target AI

AI kini banyak dimanfaatkan untuk membuat konten, termasuk konten iklan. Dengan dukungan AI, perusahaan dapat memanfaatkan Big Data untuk menyesuaikan pesan iklan dengan preferensi individu, sehingga menciptakan konten yang lebih relevan bagi audiens. Personalisasi ini meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan, menghasilkan iklan dengan konsep unik dan menarik minat mereka. Bahkan 37% responden mengatakan tertarik dengan iklan yang didukung oleh AI dan menganggapnya sebagai bagian dari pengalaman digital mereka.

AI juga kerap digunakan untuk proses pengambilan keputusan algoritmik di berbagai sektor, seperti persetujuan pinjaman dan rekrutmen kerja. Dalam pengambilan keputusan yang lebih cepat dan berbasis data, pemanfaatan AI yang berbasis mesin pembelajaran juga memunculkan kekhawatiran akan risiko bias dan diskriminasi dalam penerapannya.

Risiko yang dibawa oleh AI

AI merupakan pedang bermata dua. Selain menawarkan potensi yang sangat besar, pemanfaatan teknologi ini juga memiliki segudang risiko. Tak hanya ancaman terhadap berkurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia, AI juga menimbulkan kekhawatiran dari sisi privasi, keamanan hingga bias.

Teknologi AI yang berasal dari mesin pembelajaran membawa risiko bias dan diskriminasi ketika dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam konteks perekrutan tenaga kerja, persetujuan pinjaman dan peradilan pidana. Sementara itu, pengumpulan dan pemanfaatan data pribadi secara ekstensif untuk pengaplikasian teknologi AI menimbulkan pertanyaan tentang privasi data. Hal ini berpotensi pada pelanggaran data hingga penyalahgunaan informasi pribadi. Lebih dari itu, semakin canggihnya serangan siber yang didukung AI pun turut membawa ancaman serius terhadap keamanan online. Dengan minimnya keterampilan literasi internet yang diajarkan dalam sistem pendidikan di Indonesia, risiko penipuan yang didukung AI menjadi semakin meresahkan.

Untuk itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu mengambil serangkaian upaya guna memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab. Misalnya, untuk mengurangi risiko bias dalam penggunaan AI, perusahaan dapat melakukan audit pada data yang digunakan untuk melatih model AI. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa pengumpulan data dan pelabelan data bersifat netral serta mencakup representatif demografi yang merata.

Pada tahap desain dan pengembangan model AI, perusahaan juga perlu menetapkan pedoman etika yang jelas dan sejalan dengan nilai-nilai masyarakat dan standar hukum, serta melakukan uji coba dan pengecekan secara berkala untuk mendeteksi masalah-masalah keamanan dan privasi yang berpotensi timbul di kemudian hari. Hal terakhir yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah memastikan transparansi dengan memberikan penjelasan terinci mengenai cara sistem AI beroperasi dan mengambil keputusan. Dengan menerapkan serangkaian upaya ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia diharapkan dapat semakin berkembang dengan dukungan dan penerapan AI yang bertanggung jawab.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER