Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Ekonomi & Bisnis > Kolaborasi Bisnis Hilir dan Hulu Migas Topang Pertumbuhan Ekonomi

Kolaborasi Bisnis Hilir dan Hulu Migas Topang Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi & Bisnis | 3 jam yang lalu
Editor : Anton CH

BAGIKAN :
Kolaborasi Bisnis Hilir dan Hulu Migas Topang Pertumbuhan Ekonomi

TANGERANG, KABARINDO - Sektor hilir (downstream) migas sangat bergantung pada keberlanjutan hulu (upstream) migas. Disisi lain hilir migas jadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Itu artinya kolaborasi antara bisnis hilir dan hulu migas jadi kunci utama memastikan pertumbuhan ekonomi.

Roberto Lorato, Director & Chief Executive Officer of PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi), menyatakan bisnis hilir bisa eksis selama ada bisnis hulu migas hidup. "Untuk bisa investasi di downstream. Untuk bisa menggerakan downstream maka upstream harus ditingkatkan. Pemerintah pasang target produksi migas tinggi di tahun 2030, yaitu 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar MMscfd. Secara geologi indonesia masih punya peluang untuk mencapai target tersebut," ungkap Roberto saat menjadi keynote speaker Plenary Session hari kedua dalam gelaran IPA Convex 2025 bertemakan Transforming Resources: The Future of Oil and Gas Down-Streaming for Economic Growth and Sustainability, Rabu (21/5).

Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), menyatakan bahwa bisnis downstream merupakan tidak hanya membutuhkan kolaborasi dengan bisnis hulu tapi juga merupakan bisnis jangka panjang.

"Ini (refinery) harus memiliki kepastian dalam kebijakan dan juga regulasi untuk menarik investor untuk datang dan berinvestasi di negara kita. Dan bagian lain yang harus ditekankan dalam hilirisasi tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tapi minyak dan gas khususnya adalah untuk menciptakan nilai tambah," jelas Taufik.

Sementara itu Rahmad Pribadi, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, menjelaskan bahwa bisnis hulu migas ternyata memiliki peran besar terhadap ketahanan pangan karena bahan baku pupuk sebagaian besar masih dipenuhi dari gas. Keberlanjutan bisnis hulu migas bakal menentukan terhadap target ketahanan energi Indonesia.

"Fertilizer dan energi sangat erat hubungannya. Upstream perannya besar untuk ketahanan pangan. 75% fertilizer datang dari sektor upstream sehingga berkonstribusi besar ketahanan pangan," jelas Rahmad.

Pupuk sendiri membutuhkan tambahan pasokan gas dalam rangka rencana ekspansi kapasitas pabrik pupuk. Selain itu kebutuhannya berubah dari gas pipa menjadi LNG. Saat ini total kebutuhan gas mencapai 821 BBTUD akan terus meningkat hingga nanti 1.342 BBTUD di tahun 2030-2051. Dengan kebutuhan gas yang tinggi maka diharapkan harga yang bisa didapatkan juga kompetitif.

"Indonesia atau pelaku usaha hilir pupuk atau gas Indonesia tidak mendapatkan harga gas terbaik secara global. Kami sebenarnya sedang menjajaki beberapa peluang di Afrika Utara dan Amerika Utara, di mana harga gas cukup rendah," jelas Rahmad.

Sementara itu, Abdulla Bu Ali, Presiden Direktur Mubadala Energy Indonesia, menegaskan agar hulu migas bisa tetap tumbuh maka fleksibilitas sangat diperlukan. Menurutnya investasi bisnis hilir di Indonesia sebenarnya sudah tepat apalagi jika melihat temuan cadangan dalam jumlah besar. Mubadala bahkan tidak segan untuk menjajaki bisnis hilir di Indonesia.

"Kami harus mengajukan banyak pertanyaan kepada diri sendiri. Pertama, apakah ketentuan fiskal memungkinkan kami memiliki lingkungan yang baik untuk beralih dari hulu ke bisnis hilir? Apakah infrastrukturnya tersedia dan apakah permintaannya ada? Bagaimana kebijakannya? Dan apakah ada batasan harga gas? Semua pertanyaan ini perlu dijawab sebelum kami melanjutkan dan menghabiskan sejumlah uang untuk beralih dari hulu ke hilir," jelas Abdulla.

Khusus di Indonesia dia berharap kolaborasi yang baik antara bisnis hulu dan hilir migas. Salah satunya adalah terkait kebijakan harga gas. Mubadala sangat mendukung program pemerintah untuk bisa memenuhi kebutuhan gas domestik. "Jika ingin melarang ekspor, kami perlu memastikan bahwa kami memiliki dua elemen kunci. Pertama adalah permintaannya ada. Kedua kami perlu memiliki harga yang kompetitif," jelas Abdulla.

Marcia, Asisten Deputi Pengembangan Migas dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menjelaskan ada beberapa kebijakan yang perlu dilakukan dalam menjaga keharmonisan hubungan bisnis hulu dan hilir migas. Pertama adalah kebijakan harga yang tepat dan seimbang. "Kebijakan harga yang tepat yang bisa memberikan sinyal positif untuk hulu, tengah, dan hilir itu sendiri," ungkap Marcia.

Jadi bukan hanya menurunkan harga di hilir sebagai sentimen populis, tetapi juga harus menyeimbangkan harga sehingga bisa mendorong investasi di hulu karena keberlanjutan hilir sangat bergantung pada pasokan dari hulu. Selanjutnya adalah intervensi pemerintah dalam hal penyediaan infrastruktur.

"Pemerintah kata dia harus mengambil tindakan konkret untuk membangun infrastruktur itu sendiri karena pasokan sektor hilir sangat bergantung pada keberadaan kapasitas infrastruktur yang cukup," kata Marcia.


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER