KUR BRI : Suasana Teras BRI Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. (FOTO : KABARINDO/ANTON CH)
KABARINDO, JAKARTA – Pinjaman Onine atau Pinjol semakin populer dalam satu dekade terakhir. Masyarakat pun banyak yang menggunakan jasa pinjol untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Mulai dari biaya sekolah, belanja, hingga usaha. Kemudahan persyaratan dan nominal pinjaman besar menjadi pemantik hasrat sebagian masyarakat untuk memanfaatkan jasa pinjol.
Sayangnya, ekosistem pinjol dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan dengan menerabas beragam aturan. Literasi masyarakat yang rendah membuat pinjol ilegal sempat tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Suyanto (51) duduk termenung di kursi plastik berwarna hitam di pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Mengenakan topi, pria asal Wonosobo, Jawa Tengah itu sabar menunggu pembeli di lapak yang menjual beragam jenis buah-buahan. Ada mangga, pisang, jeruk, pir, hingga buah anggur. “Untuk mangga harum manis Rp25 ribu per kilogram,”katanya.
Suyanto sudah hampir 20 tahun berdagang di pasar Kebayoran Lama. Pasang surut usahanya sudah dirasakan bapak beranak 2 yang semuanya sudah berkeluarga itu. “Saat pandemi, saya sempat tidak berjualan selama dua tahun. Pulang kampung, bertani,”katanya kepada KABARINDO, Kamis (28/11/2024).
Kegiatan karyawan Teras BRI Pasar Kebayoran Lama melayani nasabah. (FOTO : KABARINDO/ANTON CH)
Sebelum berdagang buah, Suyanto berjualan ikan segar dan sayuran. “Sekitar tujuh tahun lalu saya mulai jual buah-buahan,”ungkapnya. Menjual buah, bagi dia, lebih menguntungkan, lantaran buah-buahan bisa bertahan hingga tiga hari. Berbeda dengan ikan dan sayuran yang harus disimpan di lemari pendingin agar tidak busuk.
Suyanto mengaku, selama berdagang, dia tak memerlukan modal terlalu besar. “Tetapi juga tidak kecil. Untuk ukuran pedagang pasar, puluhan juta lah,”tegasnya. Usahanya tak selamanya lancar, mengingat buah adalah produk musiman. Dia pun pernah mengalami kekurangan modal lantaran penjualan buahnya sempat terdampak pandemi di pertengahan tahun 2020.
“Saat itulah saya mengajukan pinjaman lewat Pinjol,”kisahnya. Keputusan untuk meminjam dana melalui pinjol, karena Suyanto mendapatkan penawaran beragam kemudahan. Dirinya tak perlu mengurus beragam dokumen seperti surat keterangan dari RT/RW hingga kelurahan. “Hanya KTP, foto diri, langsung cair,”imbuhnya.
Namun, Suyanto merasa tak beruntung lantaran yang dia akses adalah pinjol ilegal yang tidak mendapatkan ijin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).”Saya pinjam Rp20 juta, bunganya besar dan saat terlambat bayar cicilan, di teror terus lewat handphone,”kisahnya, Tak tahan dengan teror pinjol ilegal itulah yang membuat Suyanto memutuskan menjual barang yang dimilikinya untuk segera melunasi utangnya.
Lantaran tak lagi memiliki aset dan modal, Suyanto memilih untuk pulang kampung. Dua tahun di kampung halamannya, pria berkulit sawo matang itu kembali ke Jakarta untuk kembali berdagang. “Ada modal dari kampung dari menjual sawah. Itu yang saya gunakan untuk berdagang,”paparnya.
Untuk menjaga cash flow nya agar tak lagi mengalami kendala seperti sebelumnya, Suyanto pun berani mengajukan pinjaman ke bank. “Saya kapok pinjam di pinjol ilegal, sekarang ajukan ke bank saja,”paparnya. Suyanto pun kini bisa mengakses KUR Mikro dari Bank BRI. Meskipun memiliki persyaratan ketat, namun Suyanto mengaku mampu memenuhinya.
"Ada marketing BRI yang menawarkan. Setelah saya pelajari, saya mampu membayar cicilannya. Ya sudah, saya ajukan kredit,”tuturnya. Dengan jangka waktu tiga tahun, Suyanto mengaku, cicilan yang dibayar untuk melunasi utangnya tak terlalu memberatkan. “Beruntung ada marketing BRI yang menawarkan, resmi. Saya membayar cicilan kadang lewat aplikasi, terkadang langsung ke gerai yang lokasinya di ujung pasar,”tuturnya.
Suyanto mengatakan, dengan mengakses kredit mikro BRI, dirinya merasa tenang dalam menjalankan usahanya. “Bunganya pasti, cicilan terjangkau dan jangka waktu bisa disesuaikan dengan kemampuan saya,”paparnya.
Sedangkan, Sri Ernawati, pemilik kios sembako di Pasar Kedip jalan Jatayu, Kebayoran Lama mengungkapkan, kredit mikro yang disodorkan BRI sangat membantu perkembangan usahanya. “Saya beberapa kali mengajukan pinjaman, setelah lunas, pinjam lagi. Memang tidak banyak, hanya Rp15 juta hingga Rp20 juta tapi itu sangat membantu usaha saya,”paparnya. Sri memang harus memiliki cadangan dana untuk membayar pemasok sembako. “Karena jika telat membayar, barang tak dikirim. Saya tidak bisa berjualan,”cetusnya.
Salah satu lapak pedagang buah di Pasar Kebayoran Lama. (FOTO : KABARINDO/ANTON CH)
Banyak pedagang di Pasar Kedip yang kini menjadi nasabah BRI. “Di sekitar sini ada Teras BRI, ada agen BRI Link, ke kantor cabang juga dekat di jalan arteri Pondok Indah. Jadi transaksi perbankan BRI sekarang semakin mudah,”klaimnya.
Mantri Unit BRI Pasar Kebayoran Lama, Rukiah saat ditemui KABARINDO mengungkapkan, saat ini banyak pedagang pasar yang memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Namun demikian, meskipun memberikan kemudahan dalam beragam aspek, BRI tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit. “Para pedagang tetap harus memenuhi persyaratan, termasuk BI Checking,”tegasnya.
Rukiah sudah puluhan tahun sebagai pegawai yang berhubungan langsung dengan nasabah mikro kecil menengah. Sebelum di Kebayoran Lama, Rukiah bertugas di Kebayoran Baru, Fatmawati, Pasar Minggu, Radio Dalam hingga Teras BRI Blok A, Cipete Jakarta Selatan. Edukasi yang dilakukannya bersama tim BRI lainnya berhasil menyadarkan masyarakat untuk memilih pembiayaan atau kredit dari jalur resmi, salah satunya bank.
“Dulu ada nasabah yang pinjam pinjol sekarang menggunakan KUR BRI. Selain pedagang pasar, sekarang pedagang yang di pinggiran (jalan) juga banyak yang menjadi nasabah. Mereka ini cenderung lancar cicilanya, karena jika jualan di pinggir jalan kan dagangan cepat laku,”urainya. Jumlah nasabah dari segmen ini, lanjut dia, saat ini cukup besar.
Fleksibilitas yang disodorkan BRI menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengajukan KUR. "Pembayaran cicilan mudah. Nasabah buka tabungan, download BRImo, bisa juga melalui agen BRILink. Nasabah mudah menjangkau sistem pembayaran kami,”imbuhnya. Beberapa nasabah, lanjut dia, juga mengajukan KUR dengan plafon maksimal Rp50 juta dan jangka waktu maksimum pinjaman selama tiga tahun.
Untuk menekan rasio kredit macet, BRI unit Kebayoran Lama menerapkan ketentuan sesuai dengan yang menjadi arahan kantor pusat. “Tetap harus ikut ketentuan dan peraturan,"kata Rukiah. Di Teras BRI Pasar Kebayoran Lama, nilai transaksi nasabah mencapai rata-rata Rp200 juta per hari. “Kadang bisa mencapai Rp300 juta per hari,”imbuhnya.
Sedangkan petugas di Teras BRI yang juga merangkap gerai Agen BRILink Pasar Kedip Prasetyo mengatakan, banyak pedagang dan masyarakat sekitar yang mengajukan pinjaman.“Tidak hanya pedagang, tetapi juga warga umum,”katanya.
Sebagai wujud kehati-hatian dan memenuhi regulasi dari pihak otoritas, mulai 2024, untuk mengajukan pinjaman KUR 2024, nasabah BRI diharuskan mengikuti aturan yang sesuai dengan wilayah kerja Bank BRI tempat mereka tinggal. Hal ini berlaku baik untuk nasabah lama maupun baru. Sistem telah disesuaikan dengan kode pos wilayah Bank BRI. Nasabah dapat melakukan pengajuan melalui skema online atau datang langsung ke kantor cabang BRI terdekat.
Mendorong UMKM Naik Kelas
Sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar di Indonesia, BRI mengaalokasikan KUR terbesar Rp165 triliun selama 2024. BRI memiliki dua jenis KUR, yakni KUR Mikro BRI dan KUR Kecil BRI. KUR Mikro diajukan dengan nominal pengajuan mulai dari Rp 11 juta hingga Rp 100 juta. Pinjaman ini dapat diajukan jika usaha atau bisnis telah berjalan minimal 6 bulan.
Agen BRILink di kawasan Pasar Kedip Jalan Jatayu, Kebayoran Lama. (FOTO : KABARINDO/ANTON CH)
Syarat lainnya adalah individu atau perorangan yang melakukan usaha produktif dan layak. Tidak sedang menerima kredit lain dari perbankan, kecuali kredit konsumtif seperti KPR, KKB, dan, Kartu Kredit. Calon debitur diwajibkan melengkapi syarat administrasi berupa KTP, Kartu Keluarga (KK), dan surat izin usaha.
Sedangkan KUR Kecil diajukan dengan nominal pengajuan di atas Rp 100 juta hingga Rp 500 juta. Debitur harus memiliki usaha sudah berjalan minimal 6 bulan dan terdaftar dalam program BPJS. Syarat lainnya adalah memiliki usaha produktif dan layak. Tidak sedang menerima kredit lain dari perbankan, kecuali kredit konsumtif seperti KPR, KKB, dan, Kartu Kredit. Serta memiliki Surat Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) atau surat izin usaha lainnya yang dapat dipersamakan.
Hingga akhir Oktober 2024, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp 158,60 triliun kepada 3,4 juta debitur. Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan, BRI juga terus mendorong graduasi alias naik kelas bagi pelaku UMKM. Karenanya, BRI mengusulkan skema penyaluran KUR pada 2025 dibagi menjadi dua, yakni mendorong inklusivitas dan graduasi pelaku UMKM.
Skema berbeda penting untuk dijalankan karena ada perbedaan kualifikasi penerima kredit bersubsidi dari pemerintah. “Menurut saya ada dua skema, yakni dalam rangka inklusi dan dalam rangka menyiapkan graduasi atau pregraduasi,” jelas Supari di Jakarta, pekan lalu.
Berdasarkan pengalaman BRI dalam menyalurkan KUR, plafon KUR Mikro yang saat ini dipatok maksimal Rp 100 juta kerap tak terserap habis oleh debitur. Mayoritas peminjam KUR Mikro menarik pinjaman di kisaran Rp 30 juta hingga Rp 40 juta.
Karena itu, agar yang mengakses semakin banyak, plafonnya diusulkan hingga Rp 50 juta. Sisanya disiapkan untuk KUR dalam rangka pre-graduasi. Kriteria pelaku UMKM yang masuk dalam fase pre-graduasi (menuju naik kelas) dapat dilihat melalui kelancaran kredit. Jika pelaku UMKM menarik pinjaman bisa mengakses hingga Rp 70 juta dan berlangsung hingga empat siklus pinjaman, pelaku usaha dipandang layak untuk naik kelas.
“Kalau KUR plafon di bawah Rp50 juta itu bisa mengakses sampai dengan Rp 70 juta dan stay selama 3-4 siklus, dia sudah siap ke kredit komersial,” ujarnya.
Merujuk pada data kajian yang dilakukan BRI dan BRIN, KUR menaikkan rata-rata pendapatan debitur sebesar 32%-50%. Kemudian KUR juga mampu meningkatkan keuntungan sekitar 34%-38%. Debitur KUR juga menghadapi peningkatan pengeluaran melalui angsuran KUR dan biaya teknis lainnya.
BRI telah memiliki strategi untuk menjaga NPL KUR. Diantaranya melalui penyaluran kredit secara selective growth, mendorong peningkatan recovery rate, serta melakukan monitoring pinjaman secara ketat, baik online maupun offline.Di masa mendatang, BRI berharap adanya kebijakan penguatan yang dapat memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi rumah tangga, karena dua faktor tersebut menjadi driver utama pertumbuhan kredit UMKM yang menjadi kontributor utama dan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di tengah kondisi makro ekonomi yang menantang.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Ferry Irawan, menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan skema pembiayaan KUR untuk mendukung beberapa program prioritas yang diusung Presiden Prabowo Subianto.
Dalam beberapa rapat dan sidang kabinet, pemerintah telah menyetujui akan memanfaatkan KUR untuk mengakomodasi berbagai program prioritas, seperti ketahanan pangan, Makan Bergizi Gratis, hingga sektor perumahan. “Sehingga, harapannya program KUR juga dapat membantu program prioritas tersebut,” katanya.
Pengamat ekonomi Yuswohadhy menilai, BRI menjadi andalan masyarakat kecil untuk mengakses pembiayaan murah. Terlebih ekosistem Ultra Mikro (UMi) BRI adalah program yang mengintegrasikan ekosistem bisnis BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Program ini bertujuan untuk memberikan akses keuangan formal kepada pelaku usaha mikro yang belum dapat dilayani oleh perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Dengan jaringan yang luas dan dekat dengan masyarakat, tentu KUR BRI akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional,”sebut Managing Partner Inventure itu.