KABARINDO, HAINAN – Kematian seorang remaja berusia 17 tahun, yang dua kali ‘diabaikan’ selama hidupnya dan ditemukan meninggal bunuh diri pada Senin (24/1) pagi, memicu simpati dan kemarahan warga internet di China.
Kisah remaja Liu Xuezhou pertama kali menjadi perhatian nasional setelah ia memposting video meminta bantuan untuk menemukan keluarga kandungnya.
Menurut laporan media, Liu lahir di Hebei dan dijual oleh orang tua kandungnya pada tahun 2005. Namun, orang tua angkatnya kemudian meninggal dalam kecelakaan saat ia berusia 4 tahun, dan ia menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan kakek-nenek dan kerabat lain orang tua angkatnya.
Setelah pencarian di internet dan dengan bantuan buklet medis Liu waktu bayi yang disimpan kakek-nenek angkatnya, Liu berhasil melacak orang tua kandungnya pada bulan Desember 2021. Ternyata, mereka telah bercerai dan masing-masing telah menikah lagi.
(Foto: Liu Xuezhou -Weibo)
Perubahan Situasi dengan Cepat
Pada awalnya, ia menyatakan di media sosial bahwa peristiwa itu adalah reuni yang bahagia, tetapi rupanya keadaan berubah setelah dia dilaporkan mengklaim membutuhkan bantuan keuangan.
Katanya, ia bertanya kepada orang tuanya apakah dia bisa tinggal bersama mereka, atau menyewakan rumah untuknya karena dia tidak memiliki rumah sendiri.
Namun, menurut Liu, orang tuanya malah memutus hubungan mereka, dan menolak keinginan Liu untuk tinggal dengan mereka karena mereka masing-masing telah memiliki keluarga baru. Liu mengatakan bahwa ibunya bahkan memblokirnya di platform perpesanan WeChat.
Orang tua kandungnya membantah hal itu. Menurut ibunya, Liu mencoba memaksanya untuk membelikannya rumah, sesuatu yang tidak mampu dia beli.
Ayah dan ibu kandung Liu kemudian patungan untuk memberi hadiah liburan baginya ke Sanya, dan ia menerimanya.
Dalam sebuah posting di Weibo, Liu menyangkal tuduhan meminta dibelikan rumah. Ia kemudian mengatakan bahwa dia akan "melihat mereka di pengadilan", serta mengatakan bahwa dia akan menuntut orang tua kandungnya karena penelantaran.
Kirimannya di media sosial China itu lalu berujung intimidasi dunia maya. Banyak yang mengatakan bahwa dia semata-mata menginginkan rumah dari orang tuanya, dan bahwa dia berusaha untuk mendapatkan simpati.
Memutuskan Bunuh Diri
Tepat setelah tengah malam pada hari Senin, Liu memposting esai panjang di Weibo berisi rincian peristiwa hidupnya dan bagaimana dia diserang secara daring.
"Saya telah bertahan diejek berulang kali," katanya. Ia juga menulis bahwa dia telah "ditinggalkan dua kali" oleh orang tua kandungnya.
Di baris terakhir catatannya, dia mengatakan bahwa dia memutuskan mengakhiri hidupnya. Postingan tersebut memicu berbagai komentar panik yang mendesaknya untuk tidak mengambil nyawanya sendiri, dan meminta orang-orang di sekitar untuk menemukannya.
(Beberapa foto-foto terakhir Liu Xuezhou di akun media sosialnya. -Insider)
Bibinya kemudian mengkonfirmasi kematiannya dengan media lokal, dan mengatakan Liu ditemukan di sebuah pantai di Sanya, beberapa jam setelah kirimannya di Weibo diterbitkan. Ia dilarikan ke rumah sakit di mana dia kemudian meninggal pada dini hari Senin.
Sejak kematiannya, halaman Weibo Liu Xuezhou dibanjiri komentar simpatik, dengan banyak yang mengungkapkan kemarahan mereka terhadap para pelaku perundungan siber. Media The Insider mengabarkan bahwa kiriman-kiriman Xuezhou di akun media sosialnya telah dibaca hingga 150 juta kali.
"Penindasan dunia maya yang Liu alami terlalu berat untuk ditanggung orang dewasa, apalagi anak-anak," kata salah satu pengguna.
Pengguna lain menulis, "Saya harap di kehidupan Anda selanjutnya Anda menemukan orang tua yang melindungi Anda, saudara-saudara yang mencintai Anda dan menjalani hidup tanpa kekhawatiran". ***(Sumber dan foto: BBC/Weibo/Insider)