Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Iptek > Kejahatan Siber Diprediksi Terus Meningkat, Mitigasi Resiko bagi Dunia Usaha Sangat Penting

Kejahatan Siber Diprediksi Terus Meningkat, Mitigasi Resiko bagi Dunia Usaha Sangat Penting

Iptek | Sabtu, 14 Mei 2022 | 06:12 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Kejahatan Siber Diprediksi Terus Meningkat, Mitigasi Resiko bagi Dunia Usaha Sangat Penting

Kejahatan Siber Diprediksi Terus Meningkat, Mitigasi Resiko bagi Dunia Usaha Sangat Penting

Surabaya, Kabarindo- Perusahaan di seluruh dunia perlu meningkatkan upaya pengelolaan keamanan siber (cybersecurity) untuk mengurangi risiko ancaman kejahatan siber (cybercrime), karena digitalisasi dan budaya kerja jarak jauh/hybrid akan tetap ada.

Selama pandemi, ancaman dunia maya akan tetap menjadi masalah utama karena perusahaan dan organisasi lebih banyak bergantung pada internet dan sistem TI.

Selama dua tahun terakhir pandemi, dunia usaha dihadapkan pada peningkatan ancaman siber dalam berbagai bentuk, mulai dari penipuan online hingga pembobolan data. Survei The 2021 Future of Cyber oleh Deloitte menemukan bahwa peningkatan serangan siber didorong oleh transformasi digital organisasi. Karena itu, dunia usaha perlu memperkuat mitigasi risiko kejahatan siber, agar perusahaan terus berkembang di tengah digitalisasi yang berkelanjutan.

Isu penguatan mitigasi kejahatan siber juga menjadi topik pembahasan dalam Indonesia Business 20 (B20). B20 adalah forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global, yang mempertemukan delegasi dari perusahaan terkemuka di seluruh dunia. Isu ini akan dibawa dan dijawab dalam diskusi B20 Integrity and Compliance Task Force, yang bertujuan mencari rekomendasi kebijakan yang dapat ditindaklanjuti untuk mengatasi tantangan bisnis, termasuk dampak buruk dari kejahatan siber.

Organisasi global profesi Akuntan The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), yang terpilih sebagai salah satu anggota B20 Integrity and Compliance Task Force, percaya bahwa diskusi ini penting untuk menjawab tantangan dunia bisnis.

Elaine Hong, ICAEW Regional Director, China and South-East Asia, mengatakan pandemi telah mempercepat transformasi bisnis pada level yang belum pernah ada. Para pelaku bisnis perlu menyadari risiko etis yang ditimbulkan oleh perubahan yang cepat ini.

“Kami percaya diskusi kami dalam Integrity and Compliance Task Force sangat kritikal untuk mengatasi tantangan ini,” ujarnya pada Sabtu (14/5/2022).

Meningkatnya kebutuhan akan keamanan siber menyoroti pentingnya peran akuntan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan memitigasi risiko siber, akuntan berperan dalam membantu organisasi mendeteksi dan mengevaluasi risiko siber serta meninjau keamanan dan kepatuhan siber perusahaan untuk mencegah potensi ancaman dan serangan dunia maya terhadap organisasi. Sebagai organisasi profesi akuntan, ICAEW bekerja untuk mendukung kantor jasa akuntan yang ingin meningkatkan keamanan siber dan membantu klien meningkatkan keamanan siber.

Mark Billington, ICAEW Managing Director International, mengatakan ICAEW senang bisa berpartisipasi sebagai anggota B20 Integrity and Compliance Task Force. Ia yakin diskusi ICAEW dengan para pemimpin industri akan menghasilkan rekomendasi yang positif dan dapat ditindaklanjuti untuk pertemuan G20.

Ancaman kejahatan siber telah merugikan perusahaan yang terkena dampak di tengah percepatan transformasi digital yang dilakukan selama pandemi. Menurut survei Deloitte, 69% pemimpin global dalam penelitian tersebut mengatakan ada peningkatan serangan siber yang signifikan di perusahaan mereka pada 2021. Sebanyak 72% responden survei juga mengatakan organisasi mereka mengalami setidaknya 1 dari 10 insiden pelanggaran serangan siber sepanjang 2020.

Ancaman siber juga berdampak terhadap perusahaan dalam banyak hal, mulai dari hilangnya pendapatan, denda peraturan, hilangnya reputasi, gangguan operasional hingga kehilangan pelanggan. Dalam kasus pelanggaran data, sebuah laporan oleh IBM tentang biaya pelanggaran data 2021 mengungkapkan bahwa biaya pelanggaran data naik dari 3,86 juta dolar AS menjadi 4,24 juta dolar AS. Ini merupakan biaya rata-rata tertinggi dalam 17 tahun terakhir.

Karena itu, dalam forum B20, Integrity and Compliance Task Force akan mencari solusi untuk mengatasi ancaman siber. Ada total 104 institusi dari 28 negara dan 18 industri dalam gugus tugas tersebut. Selain memitigasi meningkatnya risiko kejahatan siber, masalah lain yang perlu ditangani adalah bagaimana mendorong kesiapan penanggulangan pencucian uang/pendanaan teroris, adaptasi inklusif sektor publik dan swasta dalam mengurangi risiko integritas bisnis dan mempromosikan tata kelola yang berkelanjutan dalam bisnis untuk mendukung inisiatif ESG.

Penguatan dalam hal integritas dan kepatuhan sangat penting bagi bisnis untuk berkembang di era pasca pandemi. Kedua karakteristik ini penting untuk kesuksesan bisnis, karena membantu memastikan terciptanya perilaku bisnis yang etis dan mencegah bisnis terlibat dalam praktik yang tidak etis.


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER