Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > Johnson & Johnson Dukung Pemerintah; Kurangi Risiko Infeksi Luka Operasi di Indonesia

Johnson & Johnson Dukung Pemerintah; Kurangi Risiko Infeksi Luka Operasi di Indonesia

Gaya hidup | Kamis, 5 September 2019 | 11:36 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Johnson & Johnson Dukung Pemerintah; Kurangi Risiko Infeksi Luka Operasi di Indonesia

Johnson & Johnson Dukung Pemerintah; Kurangi Risiko Infeksi Luka Operasi di Indonesia

Tingkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat umum maupun para tenaga kesehatan akan pentingnya pencegahan surgical site infections

Surabaya, Kabarindo- PT Johnson & Johnson Indonesia memperkuat komitmennya dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat umum maupun para tenaga kesehatan akan pentingnya pencegahan surgical site infections (SSI).

Untuk mengidentifikasi peluang dalam mengurangi risiko terjadinya SSI bagi pasien yang mendapatkan perawatan sebelum dan sesudah operasi, PT Johnson & Johnson Indonesia bermitra dengan beberapa rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan terkait dengan program pencegahan SSI.

Rangkaian kegiatan tersebut adalah diskusi kelompok terarah atau focus group discussion (FGD) dan kuliah umum yang ditujukan para tenaga kesehatan. FGD ini mengambil tema CARE+ Indonesia Implementation for SSI Prevention ini menghadirkan Prof David John Leaper, DSc, MD, ChM, FRCS, FACS, FLS yang merupakan salah satu pendiri dan mantan Presiden dari Surgical Infection Society di Eropa serta KetuaNICE Guideline Development Group of SSI.

FGD tersebut dihadiri oleh para tenaga kesehatan termasuk kepala departemen, dokter ahli bedah tulang, dokter kandungan, perawat bedah, perawat ICU serta tenaga kesehatan yang merupakan bagian dari tim pengendalian infeksi di rumah sakit di seluruh Indonesia.

FGD bersama dengan kuliah umum bertujuan memfasilitasi para ahli untuk berbagi pembelajaran dan pengalaman terkait dengan berbagai upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan SSI di rumah sakit. Salah satunya untuk meningkatkan kesadaran tim bedah yang terdiri dari dokter dan personel kamar bedah.

Berdasarkan definisi WHO, SSI adalah infeksi pada irisian atau organ atau tempat yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri saat dilakukan proses operasi yang terjadi dalam waktu 30 hari - 120 hari setelah operasi. Beberapa kasus SSI yang relatif ringan dapat langsung diobati dengan cepat. Namun jika dibiarkan atau tidak ditangani dengan benar, maka infeksi dapat memburuk, sehingga membutuhkan operasi ulang bahkan dapat berujung pada kematian.

Pencegahan SSI telah diatur oleh World Health Organization (WHO),Centres for Disesase Control (CDC) dan American College of Surgeons(ACS). Global Guidelines for the Prevention of Surgical Site Infection yang dikeluarkan oleh WHO pada November 2016 dan terdiri dari 29 jenis rekomendasi yang meliputi 23 topik pencegahan SSI sebelum, selama dan setelah operasi. Sedangkan di Indonesia sendiri, pencegahan dan pengendalian infeksi sudah diatur di Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 27. Salah satunya dengan merekomendasikan surgical bundle sebagai pedoman untuk dikerjakan di setiap prosedur pembedahan yang harus dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan.

Prof Leaper menjelaskan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya SSI berdasarkan guidelines WHO dan NICE adalah mempersiapkan kulit sebelum melakukan prosedur operasi pada lokasi bedah menggunakan preparat alkohol yang mengandung klorheksidin. Guideline yang sama juga merekomendasikan untuk menggunakan benang antimikroba yang dilapisi oleh triclosan antiseptic. Sudah ada bukti Level 1 A bahwa benang antimikroba secara signifikan dapat mengurangi risiko SSI.

Dengan adanya aturan resmi dan arahan terkait pencegahan SSI, untuk memastikan agar ini terus berlanjut dibutuhkan komitmen yang kuat dan kolaborasi dari semua sektor, termasuk pemerintah, swasta dan tenaga kesehatan untuk melanjutkan upaya yang telah dilakukan dan melaksanakan arahan secara efektif .

PT Johnson & Johnson telah melakukan berbagai inisiatif untuk mengurangi risiko terjadinya SSI sejak 2017. Program-programyang telah dilakukan dalam tiga tahun terakhir adalah melakukan pertemuan awal dengan beberapa pihak terkait, yaitu PERDALIN, Surgical Infection Society Indonesia, Infection Prevention Control Nurse (IPCN) di rumah sakit perwakilan Kementerian Kesehatan, menyelenggarakan simposium berjudul “The Journey of SSI Prevention Symposium” di Jakarta dan Medan, serta melakukan sosialisasi terkait WHO Guidelines tentang cara pencegahan SSI ke seluruh tenaga kesehatan di Indonesia.

Devy Yheanne, Country Leader of Communications and Public Affairs, berharap edukasi yang telah dilakukan secara berkelanjutan terkait dengan pencegahan SSI dapat dilakukan secara merata di Indonesia dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait pencegahan SSI terhadap masyarakat umum maupun para tenaga kesehatan. Dengan begitu, SSI diharapkan tidak lagi menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan dan persentase terjadinya SSI dapat menurun di Indonesia.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER