KABARINDO, JAKARTA -- Israel telah membunuh lebih dari 13.000 anak di Jalur Gaza, Palestina, sejak 7 Oktober 2023 silam. Di sisi lain, anak-anak yang masih hidup dihadapkan pada kondisi kekurangan gizi karena minimnya asupan makanan di wilayah tersebut. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mencatat satu dari tiga anak di bawah usia dua tahun di Gaza utara kini mengalami kekurangan gizi akut.
“Saya pernah berada di bangsal anak-anak yang menderita anemia gizi buruk yang parah, seluruh bangsal benar-benar sepi. Karena anak-anak, bayi bahkan tidak punya tenaga untuk menangis,” ujar kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell, Minggu (17/3/2024).
Russell mengatakan ada tantangan birokrasi yang sangat besar dalam upaya menyalurkan bantuan makanan ke Gaza. Lokasi yang paling sulit diakses adalah yang terkepung dan menghadapi pengeboman Israel yang tiada henti selama lebih dari lima bulan.
Kritik internasional meningkat terhadap Israel karena banyaknya korban jiwa dalam perang tersebut, krisis kelaparan di Gaza dan tuduhan menghalangi pengiriman bantuan ke wilayah tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi ancamannya untuk melakukan serangan darat di Rafah, kota yang berbatasan dengan Mesir, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi.
"Tekanan internasional sebesar apapun tidak akan menghentikan kami untuk mewujudkan semua tujuan perang: melenyapkan Hamas, melepaskan semua sandera kami, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman terhadap Israel,” kata Netanyahu dalam sebuah video yang dirilis oleh kantornya.
"Untuk itu, kami juga akan beroperasi di Rafah,” tegasnya. Red dari berbagai sumber