KABÀRINDO, - kenapa Piala Dunia dan turnamen antar negara digelar hanya 4 tahun sekali?. Mungkin banyak yang menanyakan kenapa Piala Dunia dan turnamen antarnegara digelar setiap empat tahun sekali.
Tahun lalu muncul gagasan dari mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger yang menginginkan Piala Dunia bisa dilaksanakan 2 tahun sekali. Gagasan tersebut pun didukung oleh FIFA namun sejumlah pihak justru menentang keputusan tersebut.
Pasalnya, kompetisi Piala Dunia yang digelar empat tahun sekali tentu memiliki sejumlah alasan. Tak hanya Piala Dunia saja, namun beberapa turnamen antarnegara juga demikian.
Berikut alasan kenapa Piala Dunia dan turnamen antarnegara digelar hanya 4 tahun sekali
3. Persiapan Tuan Rumah
Untuk menggelar sebuah turnamen yang diikuti banyak negara tentu bukanlah hal yang mudah. Tuan rumah tentunya harus melakukan persiapan yang membutuhkan waktu tidak sebentar.
Tuan rumah yang ditunjuk tentu harus mempersiapkan segalanya secara matang, seperti infrastruktur stadion sesuai standar FIFA, penginapan, keamanan, hingga sistem transportasi tak luput dari perhatian. Pasalnya, menjadi tuan rumah ajang prestisius akan memberikan keuntungan tersendiri bagi tuan rumah.
Seperti kunjungan para turis asing akan melonjak, mempercepat pembangunan, dan meningkatkan kualitas sepakbola dari negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah.
2. Kualifikasi yang Panjang dan Kesehatan Pemain
Untuk melangsungkan turnamen Piala Dunia maupun turnamen antarnegara lainnya tentu harus melalui proses kualifikasi yang cukup panjang. Di Piala Dunia sendiri, 211 negara anggota FIFA harus bersaing untuk masuk ke dalam 32 besar dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Tak hanya itu, kesehatan para pemain juga menjadi fokus utama. Jika pertandingan dilakukan dalam waktu yang berdekatan, maka akan ada banyak pemain yang kelelahan dan terancam cedera.
1. Tradisi
Tradisi turnamen sepakbola yang diadakan 4 tahun sekali tentunya akan membangkitkan emosi yang berbeda dari setiap negara yang menjadi peserta. Pasalnya, para penggemar telah menanti cukup lama.
Penggemar sepakbola dari berbagai macam latar belakang akan merasa antusias ketika negaranya bertanding. Namun, jika tradisi ini dirubah dalam waktu yang berdekatan, euforia penggemar tentunya sudah cukup luntur.