KABARINDO, JAKARTA - Industri gym yang mendorong pola hidup sehat terkendala perkembangannya karena disamakan dengan industri hiburan sehingga terkena pajak hiburan.
Industri gym berpotensi sebagai pilar penting penggerak prestasi olahraga dan pencegahan penyakit kronis. Namun, di sisi lain, perkembangannya terhambat oleh kebijakan pajak hiburan.
Akibatnya gym sulit berkembang dan bisa berdampak pada fungsinya untuk membentuk pola hidup sehat.
"Gym itu satu, pilar pertama untuk mendorong prestasi olahraga. Kedua, juga menjadi pilar untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya penyakit-penyakit kronis,” kata Harryadin Mahardika, Principal of PT. Precision Gym Indonesia di Jakarta, dikutip dari Inews Depok.
Menurut Harryadin, saat ini jumlah gym berkualitas dan berkonsep memadai di Indonesia baru sekitar 3.000-an. Jumlah ini sangat minim, dengan rasio 1 gym melayani 100.000 penduduk.
Ia berharap Menteri Keuangan tidak lagi menyamakan pajak gym dengan pajak hiburan. "Industri gym tak mendapat subsidi. Pajak malah dipajakin tinggi seperti tempat hiburan. Ini nggak fair,” ujarnya.
Precision Gym mengusung visi bukan hanya sebagai tempat fitness biasa, melainkan sebagai riset center untuk industri wellness tanah air yang mengedepankan presisi dan kolaborasi.
"Kita ingin menghadirkan setiap individu itu tahu kebutuhannya apa, tahu peta dirinya apa, karena kita ingin presisi ketika memberikan saran, exercise plan, hingga work out plan-nya," papar Harryadin.
Precision Gym menggunakan teknologi canggih dan AI agar setiap member bisa mencapai potensi maksimalnya.
"Di era AI saat ini, AI bisa membantu manusia untuk mencapai potensi, asal si pengguna bisa punya akses untuk memperkuat expertise yang diperlukan," kata Harryadin.
Precision Gym menggandeng berbagai stakeholder untuk pendekatan holistik, mulai dari Widya Genomic untuk tes epigenetik, hingga Pause & Play untuk terapi psyche-soma atau keseimbangan raga dan jiwa. (Karmila)





