Indonesia Pertama Kali Gelar Forum Bisnis & Investasi Berbasis Alam
Gali peluang ekonomi restoratif di Cagar Biosfer Sulawesi Tengah
Surabaya, Kabarindo- Upaya menggerakkan ekonomi dan menjaga kelestarian alam tidak dapat dilakukan dengan praktik bisnis konvensional. Percepatan pertumbuhan ekonomi pasca perlambatan akibat Covid-19 dan bencana alam di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) membutuhkan pendekatan baru yang dapat melindungi lingkungan serta menyejahterakan masyarakat.
Hal ini mendasari Sulteng berkolaborasi dengan Kabupaten Sigi untuk menyelenggarakan “Forum Bisnis dan Investasi Pertama Tentang Inovasi Berbasis Alam untuk Menggali Peluang Ekonomi Restoratif di Cagar Biosfer Sulawesi Tengah.” (1st Indonesia Business & Investment Forum on Nature-Based Innovation: Unlocking Restorative Economy in Central Sulawesi Biosphere Reserve Context).
Dalam kesempatan ini, ditampilkan ragam portofolio komoditas lestari, produk-produk UMKM lestari dan konsep pitch di model ekonomi restoratif Sulteng.
Forum ini mempertemukan para investor lokal dan internasional, pemimpin bisnis, pemerintah daerah, mitra pembangunan dan perwakilan masyarakat untuk mendiskusikan peluang investasi di cagar biosfer dan mengeksplorasi bagaimana kekayaan alam dapat ditransformasikan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Gubernur Sulawesi Tengah, Ma'mun Amir, dalam sambutannya yang disampaikan oleh Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesra Sulteng, Fahrudin Yanbas, mengatakan Sulteng memiliki Cagar Biosfer Lore Lindu yang merupakan rumah bagi banyak spesies flora dan fauna unik. Sulteng juga memiliki cakupan hutan yang luas, sekitar 64% dari luas daratan. Ini membuat daerah tersebut memiliki kekayaan sumber daya alam, ekosistem dan keanekaragaman hayati yang melimpah.
“Potensi ini perlu terus digali dan dioptimalkan pemanfaatannya, agar memberikan manfaat yang optimal untuk masyarakat,” ujarnya saat pembukaan di Bukit Doda, Sigi, Sulteng, pada Jumat (23/6/2023).
Forum yang merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Lestari Ke-5 ini merupakan forum bisnis dan investasi pertama di Indonesia yang mengangkat inovasi dan solusi berbasis alam sebagai jawaban atas permasalahan krisis iklim dan praktik bisnis. Pendekatan ini relevan dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang mendesak saat ini.
Amir menyebutkan, pada 2023, Sulteng menargetkan pertumbuhan ekonomi 10,36%, naik dari tahun sebelumnya sebesar 9,50%. Dari sisi investasi sejak 2022, Sulteng menjadi salah satu provinsi yang menempati posisi tertinggi dalam realisasi investasi di Indonesia.
“Ke depan, kami berkomitmen untuk mendiversifikasikan investasi yang masuk dan memperbesar porsi investasi hijau, karena kami ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pertumbuhan yang memiliki ketahanan lingkungan, tahan bencana, ketahanan pangan tanpa melupakan warisan budaya,” ujarnya.
Amir menambahkan, pemprov Sulteng sangat mendukung dan akan mendorong skema model investasi baru melalui inovasi basis alam dan berprinsip pada investasi berkelanjutan yang digagas di Festival Lestari 5 seperti model pengelolaan berbasis ekonomi restoratif di Cagar Biosfer Lore Lindu.
Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta, mengatakan inovasi berbasis alam bisa menjadi jangkar bagi pendekatan pengelolaan kawasan yang lestari bagi Sigi, Sulteng, Indonesia bahkan dunia.
Dalam forum ini ada 5 fokus prioritas yang akan dikembangkan. Pertama, pengembangan ekonomi berbasis multi usaha kehutanan. Kedua, peningkatan produktivitas komoditas perkebunan ekonomi berbasis dan agroforestri dengan praktek berkelanjutan. Ketiga, pengembangan industri hilirisasi berbasis alam menjadi produk bernilai tambah. Keempat, jasa ekosistem. Kelima, ekowisata.
“Jika kita bergotong-royong, model ini bisa dikembangkan menjadi model ekonomi restoratif dalam konteks cagar biosfer yang membuktikan lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera. Saya percaya, pendekatan ini bisa menjadi jawaban bagi tantangan krisis iklim, ancaman krisis pangan, air dan isu kemiskinan yang sedang kita hadapi,” ujar Irwan.
Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam ini menampilkan ragam portofolio bisnis dan investasi dengan pendekatan inovasi basis alam yang dikembangkan Sulteng lewat Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Poso, Kota Palu serta kabupaten anggota LTKL lainnya secara bertahap dengan asistensi Kementerian Investasi dan para mitra.
Pata peserta forum berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pelaku usaha hilirisasi, petani dan pekebun komoditas yang dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa lokasi produksi komoditas kopi, kakao, bambu hingga vanili.
Sekjen Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Nelson Pomalinggo, yang juga merupakan Bupati Kabupaten Gorontalo, mengatakan Forum Bisnis dan Investasi ini merupakan awal usaha percepatan pemenuhan target investasi untuk pengembangan investasi berbasis alam anggota LTKL sebesar 180 juta dolar AS sampai 2030.
Laporan khusus tahun 2019 dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyoroti bahwa inovasi berbasis alam dapat berkontribusi hingga 37% dalam pengurangan emisi yang diperlukan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Laporan ini juga menekankan berbagai manfaat dari inovasi berbasis alam, termasuk peningkatan ketahanan pangan, ketersediaan pasokan air dan kesehatan manusia.
Potensi investasi inovasi bisnis alam juga terbilang besar. Laporan World Resource Institute (WRI) pada 2019 yang memperkirakan investasi global sebesar 1,8 triliun dolar AS dalam Inovasi Berbasis Alam pada 2020 - 2030 dapat menghasilkan manfaat bersih sebesar 7,1 triliun dolar AS. Laporan lain dari UNEP (The United Nations Environment Programme) tahun 2022 menyebutkan pendanaan publik untuk investasi model ekonomi berbasis alam mencapai 154 miliar dolar AS.