KABARINDO, PALU - Pertumbuhan fintech lending di Indonesia terus menunjukkan angka yang positif bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data OJK, outstanding pembiayaan fintech lending
tumbuh sebesar 25,44 persen secara tahunan sebesar Rp 64,56 Triliun pada Mei 2024.
Sebanyak lebih dari 50 persen borrower fintech lending adalah kalangan anak muda generasi
milenial dan gen Z. Namun pertumbuhan fintech lending ternyata menjadi celah bagi praktik judi
online yang juga menyasar anak muda.
Dengan nilai total transaksi hingga Rp 327 triliun, dan 3,29 juta orang bermain judi online, kondisi ini menimbulkan keterpurukan dalam sektor keuangan dan non keuangan, karena menimbulkan efek domino yang negatif. Beberapa dampak negatif, diantaranya fenomena gali lubang dan tutup lubang, pelanggaran privasi, tersebarnya data pribadi, tindakan kriminal hingga berefek pada gangguan mental, bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Sebagai respon akan kebutuhan peningkatan literasi keuangan digital di tengah pesatnya
perkembangan teknologi finansial dan meningkatnya risiko terkait judi online, Platform fintech P2P lending yang terdaftar di OJK, PT Inovasi Terdepan Nusantara (360Kredi), PT Stanford Teknologi Indonesia (PinjamDuit) dan PT Kredit Utama Fintech Indonesia (RupiahCepat),
berkolaborasi untuk menginisiasi kegiatan literasi keuangan dengan tema “Merdeka Finansial,
Bebas Judi Online”.
Acara ini diselenggarakan pada hari Selasa, 27 Agustus 2024, bertempat di Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para mahasiswa terhadap manfaat dan penggunaan dana secara bijak dari fintech Lending, memperdalam pemahaman mengenai keuangan digital serta menekankan pentingnya meraih kesehatan finansial yang optimal dan menghindari perilaku merugikan seperti judi online.
Acara dibuka oleh Bapak Hendrik Benyamin, Pengawas di Bagian Pengawasan Lembaga Jasa
Keuangan (LJK) Kantor OJK Provinsi Sulawesi Tengah, yang menyampaikan apresiasi terhadap kolaborasi antara lembaga jasa keuangan dan institusi pendidikan.
“Kejadian pasca-gempa telah menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara lembaga jasa keuangan dan institusi pendidikan. Saat ini terdapat 98 perusahaan pendanaan daring yang terdaftar resmi di OJK. Pengetahuan yang dibagikan hari ini diharapkan dapat diperluas dan diteruskan kepada teman, saudara, dan rekan-rekan yang tidak dapat hadir,” ujar Hendrik Benyamin, Pengawas dari Bidang Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah.
Hendrik mengapresiasi kegiatan literasi yang diadakan oleh 360Kredi, RupiahCepat dan PinjamDuit di Universitas Tadulako, Palu.
Dalam sambutannya, Hendrik menekankan bahwa kejadian pasca-gempa telah menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara lembaga jasa keuangan. Kami menyambut positif atas terselenggaranya kegiatan ini.
Karena melalui literasi dan edukasi Merdeka Finansial, Bebas Judi Online ini, diharapkan dapat membawa pencerahan dan peningkatan pengetahuan terhadap ancaman, dan bahaya dari Judi Online kepada generasi muda, serta pemanfaan pendanaan daring dengan bijak dari fintech P2P lending yang legal dan terdaftar di OJK, seperti 360Kredi, RupiahCepat dan PinjamDuit”.
Berdasarkan data riset, keinginan untuk cepat kaya menjadi alasan utama yang mendorong
pemain judi online.
“Kemajuan teknologi memang memudahkan orang untuk berinteraksi dan bertransaksi, namun diperlukan pengetahuan dan kemampuan dalam memanfaatkannya, khususnya terkait pengelolaan finansial. Ini menjadi penting, agar masyarakat tidak mudah terjebak dengan pinjol ilegal, apalagi judi online," ujar Habriyanto Rosyidi, Public &
Government Relation Manager 360Kredi.
Aulia Maghfiroh, PR Specialist RupiahCepat menyatakan bahwa melalui kegiatan literasi
keuangan ini, ingin mengedukasi generasi muda tentang pentingnya memahami perbedaan antara fintech lending legal dan pinjaman ilegal yang sering digunakan untuk membiayai aktivitas merugikan seperti judi online.
"RupiahCepat berkomitmen untuk selalu
memberikan layanan keuangan yang aman, transparan, dan bertanggung jawab kepada
masyarakat. Kami percaya bahwa literasi keuangan yang baik dapat menjadi kunci untuk
mencegah dampak negatif yang diakibatkan oleh pinjaman ilegal dan judi online, serta mendorong masyarakat untuk memanfaatkan teknologi finansial dengan bijak guna mencapai kesejahteraan finansial," jelasnya.
Sementara itu, Vivi Linda, Commercial Manager dari PinjamDuit, menekankan pentingnya memahami risiko, manfaat, dan tantangan dalam keuangan digital, mengungkapkan, saat ini adalah waktu yang strategis untuk memperdalam pemahaman mengenai Fintech (financial technology). Memahami secara cermat literasi dan inklusi keuangan serta bagaimana hal ini berhubungan dengan upaya menghindari jebakan finansial yang merugikan seperti judi online, sangatlah penting.
"Dengan pemahaman yang komprehensif, kita dapat memanfaatkan teknologi finansial secara
bijaksana untuk meraih kesehatan finansial yang optimal dan merdeka finansial yang berkelanjutan," ucapnya.
Menurut laporan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto,
ada sekitar 4 juta orang yang terdeteksi melakukan judi online dengan rata-rata pemain judi online adalah usia produktif di rentang usia 31-50 tahun.
Hubungan antara fintech lending dan judi online seringkali menjadi kawanan yang dinilai erat di
mata publik. Persepsi ini menjadi sebuah kerugian bagi industri fintech lending. Padahal yang berperan dalam judi online adalah pinjol ilegal, bukan fintech lending yang berizin dan diawasi
OJK. Platform Fintech Lending memiliki benteng tersendiri dalam melakukan filter borrower.
Pemanfaatan inovasi teknologi AI, e-KYC, hingga credit scoring menjadi acuan wajib dalam menjalankan prosedur penerimaan borrower. Sementara di pinjol ilegal, acuan tersebut tidak
dijalankan dan menjadi jebakan bagi para pemain judi online untuk mendapatkan dana talangan.
Kegiatan ini ditutup oleh Dr. Andi Chairil Furqon, SE, M.Sc, CA, Koordinator Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako, yang menggarisbawahi peran penting literasi keuangan sebagai dasar untuk mencapai kesehatan finansial. Dr. Andi Chairil menekankan bahwa literasi keuangan yang solid adalah fondasi utama dalam mengelola
keuangan secara efektif dan mencapai merdeka finansial. Foto: Ist