Perwatusi dan PEROSI ajak masyarakat tingkatkan gaya hidup sehat, deteksi dini, dan cegah osteoporosis sejak muda.
KABARINDO, JAKARTA — Dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Nasional (HON) 2025, Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) bersama Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) menggelar konferensi pers di Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), Rabu (22/10/2025). Puncak perayaan HON tahun ini akan berlangsung pada Minggu (26/10/2025) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) dengan mengusung tema nasional “Peduli Tulang Kuat Indonesia untuk Hidup Berdikari.”
Ketua Umum Perwatusi Anita Hutagalung menegaskan pentingnya kesadaran menjaga kesehatan tulang sejak dini.
“Peringatan ini menekankan pentingnya gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi kaya kalsium dan vitamin D, berolahraga teratur, serta menghindari rokok dan alkohol,” ujar Anita.
Ia mengingatkan bahwa gaya hidup modern yang minim aktivitas fisik serta pola makan tidak seimbang menjadi pemicu meningkatnya risiko osteoporosis, terutama di masyarakat perkotaan.
Sementara itu, Ketua Umum PEROSI Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), FIPM(USG), menjelaskan bahwa osteoporosis kerap disebut sebagai “silent disease” karena sering kali tidak disadari hingga terjadi patah tulang.
“Deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat membantu mencegah patah tulang yang serius di kemudian hari,” tegas Tirza.
Ia juga merekomendasikan pemeriksaan densitometri tulang (bone mineral density) terutama bagi perempuan pascamenopause dan lanjut usia sebagai langkah preventif.
Peringatan Hari Osteoporosis Nasional yang dirayakan setiap 20 Oktober ini sejalan dengan World Osteoporosis Day, yang pertama kali ditetapkan oleh UK’s National Osteoporosis Society pada 1996. Momentum ini kini menjadi ajang global untuk meningkatkan pengetahuan publik tentang pencegahan osteoporosis dan pentingnya menjaga kekuatan tulang.
Tahun ini, tema global World Osteoporosis Day 2025 mengusung seruan “It’s Unacceptable!” atau “Ini Tidak Dapat Diterima!”. Kampanye ini menyoroti masih rendahnya perhatian dunia terhadap pencegahan dan penanganan osteoporosis. Pesan utamanya adalah menyerukan tindakan nyata dari masyarakat, tenaga medis, dan pembuat kebijakan untuk menutup kesenjangan dalam layanan kesehatan tulang.
Menurut Prof. Ichramsyah A. Rachman, Dewan Pengawas Perwatusi, kesenjangan tersebut masih menjadi tantangan besar, termasuk di Indonesia.
“Alat diagnostik dan terapi sebenarnya sudah tersedia, tetapi kesadaran masyarakat dan dukungan kebijakan masih perlu diperkuat. Kesehatan tulang harus menjadi prioritas nasional,” ujarnya.
Sebagai bagian dari rangkaian peringatan, HON 2025 akan menghadirkan pemeriksaan kesehatan tulang gratis, senam bersama, serta edukasi publik seputar nutrisi dan pencegahan patah tulang. Kegiatan ini diharapkan menjangkau masyarakat luas, terutama kelompok berisiko tinggi seperti perempuan, lansia, dan pekerja dengan aktivitas duduk berjam-jam (sedentary lifestyle).
Perwatusi dan PEROSI berkomitmen terus memperjuangkan kesadaran publik terhadap pentingnya menjaga kekuatan tulang sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
“Kampanye ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga tentang kemandirian hidup di masa tua. Tulang yang kuat berarti kualitas hidup yang lebih baik,” pungkas Anita Hutagalung.
Sementara itu, Dicky Sulaiman yang mewakili Entrasol, mitra Perwatusi sejak 2021, menegaskan pentingnya kolaborasi berkelanjutan dalam mendukung kesehatan tulang masyarakat Indonesia.
“Kolaborasi ini akan terus berlanjut. Kami berterima kasih atas kepercayaan Perwatusi, dan berharap kegiatan Hari Osteoporosis Nasional tahun ini semakin sukses. Susu tinggi kalsium dan antioksidan penting untuk menjaga kepadatan dan kesehatan sel tulang,” terang Dicky.
Melalui peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2025, para ahli dan organisasi kesehatan menyerukan agar pencegahan osteoporosis tidak lagi diabaikan. Dengan langkah sederhana seperti olahraga teratur, asupan kalsium yang cukup, dan pemeriksaan dini, Indonesia diharapkan mampu melahirkan generasi yang kuat, sehat, dan berdikari.