Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Hukum & Politik > GenSi Tingkatkan Kesadaran Pelajar tentang Penggunaan Internet Secara Cerdas, Aman & Produktif

GenSi Tingkatkan Kesadaran Pelajar tentang Penggunaan Internet Secara Cerdas, Aman & Produktif

Hukum & Politik | 2 jam yang lalu
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
GenSi Tingkatkan Kesadaran Pelajar tentang Penggunaan Internet Secara Cerdas, Aman & Produktif

GenSi Tingkatkan Kesadaran Pelajar tentang Penggunaan Internet Secara Cerdas, Aman & Produktif

FJPI Sumut gandeng Indosat gelar Workshop Literasi Digital

KABARINDO, BINJAI - Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumatera Utara bekerja sama dengan Indosat Ooredoo Hutchison menggelar Workshop Literasi Digital bertajuk GenSi Berkarya Tanpa Drama dan Trauma di SMA Negeri 6 Binjai pada Kamis (9/10/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi Generasi Terkoneksi (GenSi) yang bertujuan meningkatkan kesadaran pelajar akan pentingnya penggunaan internet secara cerdas, aman dan produktif.

Workshop ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga bertanggung jawab secara etis dan hukum dalam dunia digital. Melalui program GenSi, FJPI Sumut dan IOH berharap literasi digital bisa ditanamkan sejak dini, terutama di kalangan pelajar.

EVP-Head of Circle Sumatra Indosat Ooredoo Hutchison, Agus Sulistio, mengatakan melalui program GenSi, pihaknya ingin membekali generasi muda dengan kemampuan literasi digital yang mampu meningkatkan pengetahuan, juga membentuk perilaku digital yang bertanggung jawab dan positif.

Ketua FJPI Sumatera Utara, Khairunnisa Lubis, menambahkan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya FJPI Sumut dalam mengedukasi generasi muda, agar mampu memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat, termasuk dalam dunia pendidikan dan informasi.

“Melalui tema Generasi Terkoneksi, kami ingin mengajak para pelajar untuk menjadi pengguna internet, juga pencipta konten yang positif dan inspiratif,” ujarnya.

Sekitar 80 pelajar perempuan dan anggota OSIS tampak antusias mengikuti berbagai sesi yang diisi oleh tiga narasumber, yaitu akademisi Nurleli, praktisi media Lia Anggia Nasution, serta Founder Kampung Digital, Deddy Pranata.

Kebebasan dan batasan

Dalam paparannya, Nurleli menekankan pentingnya pemahaman mengenai hak digital dan kebebasan berpendapat, khususnya bagi generasi muda yang aktif di media sosial. Ia menjelaskan, hak digital mencakup privasi data pribadi, akses terhadap informasi, kebebasan berekspresi, serta keamanan digital.

“Namun kebebasan ini memiliki batasan yang harus dipahami. Menyampaikan opini di media sosial harus tetap memperhatikan etika dan tidak menyinggung atau menyudutkan pihak lain,” ujarnya.

Nurleli mencontohkan kasus pelajar yang memposting video olok-olok terhadap guru. Meskipun tidak berujung proses hukum, tetap dinilai sebagai pelanggaran etika dan penghinaan.

Ia mengingatkan, kebebasan berekspresi diatur dalam berbagai regulasi, seperti Pasal 28E ayat 3 UUD 1945, UU No. 9 Tahun 1998 hingga UU ITE No. 11 Tahun 2008.

“Siswa harus melek hukum dalam bermedia sosial. Tidak semua yang lucu atau viral itu layak disebarkan,” ujarnya.

Sementara itu, Lia Anggia mengajak pelajar untuk mengubah pola pikir tentang teknologi. “Yang pintar itu penggunanya, bukan gadget-nya,” kata perempuan yang akrab disapa Anggi ini

Anggi menekankan pentingnya mengecek sumber informasi sebelum membagikannya. Ia juga memaparkan ciri-ciri konten palsu, seperti ajakan untuk menyebarkan, penggunaan huruf kapital berlebih, kalimat hiperbolis, informasi tanpa tanggal jelas, sumber tidak kredibel serta link berita yang tidak sesuai dengan isi.

“Literasi digital itu penting agar kita tidak mudah terprovokasi dan bisa membedakan fakta dari opini atau hoaks,” ujar perempuan yang bekerja di Kominfo Sumut ini. Anggi juga mengajar di salah satu sekolah tinggi ilmu komunikasi swasta di Kota Medan ini.

Narasumber ketiga, Deddy Pranata, mengangkat topik mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan konten. Ia mengatakan, meskipun AI dapat membantu mempercepat proses kreatif, tanggung jawab moral dan etika tetap harus dijaga.

“Menjadi konten kreator itu bukan hanya soal viral, tapi juga tentang nilai, integritas dan dampak dari konten yang kita buat,” ujar pria yang juga Fasilitator Gapura Digital Google dan Instruktur Program Kementerian Kominfo RI Digital Entrepeneur Academy (DEA) ini.

Foto: istimewa


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER