KABARINDO, -- Gempa besar di Jepang telah mengaktifkan peringatan dini tentang adanya potensi tsunami besar di wilayah pesisir barat negara tersebut. Gempa dengan kekuatan 7,6 magnitudo ini juga telah memicu gelombang setinggi 1 meter yang dikhawatirkan akan disusul dengan gelombang yang lebih besar.
Situasi beberapa daerah yang terkena dampak tampak porak poranda. Listrik, penerbangan dan kereta api alami gangguan.
Seperti dilansir dari Reuters, lebih dari 36.000 rumah tangga kehilangan aliran listrik di prefektur Ishikawa dan Toyama.
Layanan kereta api berkecepatan tinggi ke Ishikawa telah ditangguhkan sementara dan adanya gangguan layanan telepon dan internet di Ishikawa dan Niigata.
Salah satu bandara Ishikawa ditutup. Maskapai penerbangan Jepang batal menuju bandara di Toyama dan Ishikawa, sementara Japan Airlines membatalkan sebagian besar layanannya ke wilayah Niigata.
The Japan Meteorological Agency (JMA) mengumumkan peringatan tsunami ini berlaku untuk wilayah pesisir di prefektur Ishikawa, Niigata dan Toyama. Pengumuman ini menjadi peringatan akan terjadinya tsunami besar pertama yang terakhir dilakukan oleh pemerintah Jepang pada gempa besar 2011 lalu.
Dalam komentar persnya sesaat setelah gempa, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga meminta penduduk untuk bersiap menghadapi bencana susulan.
"Penduduk harus tetap waspada untuk kemungkinan gempa susulan dan saya meminta orang-orang di area yang berpotensi terjadi tsunami untuk melakukan evakuasi sesegera mungkin," kata Kishida dikutip dari Reuters Senin (1/1/2023).
Peringatan dari pimpinan Jepang itu dibarengi dengan peringatan di semua saluran televisi Jepang agar penduduk mulai mengungsi. Kata "Lari" berwarna kuning menyala di semua saluran televisi untuk meminta warga di sekitar area pantai yang spesifik untuk segera meninggalkan rumah.
Salah satu wilayah yang terdampak gempa dan peringatan tsunami ini adalah Kanazawa di prefektur Ishikawa. Salah satu penduduk Kanazawa, Ayako Dakai mengatakan telah mengevakuasi diri dan keluarganya di sebuah gedung sekolah. Dia menceritakan gedung itu kini dipenuhi oleh para pengungsi.
"Saya mengalami gempa besar Hanshin (gempa tahun 1995 yang menewaskan 6.000 orang), jadi menurut saya akan lebih aman bila mengevakuasi diri," kata dia. "Kami belum tahu kapan akan kembali ke rumah."