KABARINDO, JAKARTA -- Sebuah kontroversi muncul dari seorang pramugari Qantas yang terlihat mengenakan lencana bendera Palestina pada penerbangan baru-baru ini Melbourne ke Hobart. Insiden ini menjadi sorotan karena tindakan tersebut melanggar kebijakan seragam.
Pramugari itu pun mengeluarkan ancaman untuk "melawan" orang yang melaporkannya ke media.
Reporter Senior Sky News, Caroline Marcus, melaporkan bahwa pramugari tersebut mengancam untuk menghadapi penumpang yang mengambil foto dan melaporkannya. Marcus mengungkapkan bahwa pramugari tersebut menyatakan dirinya sebagai pendukung kuat Palestina Merdeka.
“Seorang wanita yang mengaku sebagai pramugari Qantas di foto ini adalah pramugari yang bekerja untuk Qantas yang ada di foto itu dan merupakan 'pendukung kuat Palestina Merdeka',” kata Marcus, dilansir Sky News, Jumat (5/1/2024).
Marcus menyebutkan bahwa pramugari tersebut bahkan belum melakukan percakapan dengan atasannya hingga 12 jam setelah laporan diterbitkan Sky News. Sebaliknya, pramugari ini mencari dukungan dari sebuah kelompok bernama The Voice of Palestine Christians in Australia, yang membantu menyebarkan pesannya melalui halaman Facebook publik mereka.
Kelompok tersebut menggugah opini publik dengan pesan yang menyoroti bahwa pramugari ini tidak seharusnya kehilangan pekerjaannya hanya karena mengenakan bendera Palestina. Mereka mendesak pendukung untuk menunjukkan dukungan. Identitas pramugari tersebut kemudian diungkap secara publik oleh dirinya sendiri melalui media sosial, sementara Sky News tidak pernah menyebut nama sang pramugari.
“Haruskah wanita ini kehilangan pekerjaannya karena mengenakan bendera Palestina? Tentu saja tidak. Tunjukkan dukungan Anda dan beri tahu Sky News yang rasis di mana Anda berpihak. Tunjukkan dukungan Anda dan kirim pesan ke maskapai penerbangan,” tulis The Voice of Palestine Christians in Australia. Red dari berbagai sumber