Uptown Kemang Village Mall, Jakarta, Kabarindo- Hari ini, AhoK hirup udara bebas dan 'kebetulan' bersama dengan intimate prescon Film A Man Called Ahok yang sukses raih 1,5 juta penonton dan jadi film Iboma SCTV Maret mendatang.
Hadir Emir Hakim sebagai Executive Producer jelaskan tentang filmnya yang berhasil Box Office tersebut didampingi oleh Sineasnya Putrama Tuta dengan moderator mas Dwi Pemred Exquire Indonesia.
"Saat ada kesempatan menfilmkan sosok kontroversial AhoK sudah hadir awal 2017 saat kondisi politik panas. Saya mau bercerita dan teringat saat anak laki-laki saya dapat penugasan dari sekolah tentang isyu agama dalam kehidupan sehari-hari, sontak kaget dan anak saya mengenal sosok Ahok yan masih remaja 17 tahun, anak saya spontan membela AhoK, saya terinspirasi dan memutuskan untuk melayarlebarkannya," papar Emir lugas.
Sementara itu Tuta mengakui sudah mengenal Ahok lama sejak masih jadi Gubernur saat membantu tata kelola Kali Jodoh dalam bentuk materi campaign. Pak Basuri dan mas Harry termasuk Ahok dan Fifi serta ibu mereka di Belitung dengan proses perijinan yang sangat dimudahkan dengan point of view AhoK dengan angle caranya dia. Terpenting saat proses produksi sudah lama sebelum kasus ahoK terjadi, saya pun diskusi lama dengan Rudi Valinka yang memang menanti Film yang inspiratif ini.
Good News untuk sekolah-Sekolah SMP dan SMA di ibukota dan lainnya bahwa film A Man Called AhoK bisa ditonton dengan diskusi pendidikan karakter apalagi untuk sosialisasi Fathers Day di Indonesia.
Emir dan Tuta sebagai Family Man menyampaikan bahwa pihaknya di bulan Maret-April 2019 mendatang akan diundang oleh beberapa negara di ASEAN, Australia sampai ke Eropa untuk menyaksikan film yang mensiratkan tauladan sang Ayah yang idealis, berani, konsisten dan sangat suka menolong sesama.
Terkuak bahwa PH sudah yakin dan percaya dari Captive Market Ahok atau ia sekarang suka disapa BTP setelah bebas dengan lebih dari 1 Juta KTP yang ikut memotivasi produksi film berbujet 14M ini.
Tuta pun menuai kritik tentang filmnya yang disebut-sebut 'terlalu aman' dan ia akui sebagai masukan saja justeru yang paling menantang adalah plot cerita terbatas sementara banyak cerita menarik yang harus diketahui.
"Bagi saya, Film itu harus punya impact dan manfaat besar sehingga kami sepakat dengan Point of View yang harus related ke penonton dalam proyek perdana bersama ini," seloroh Tuta.
Perspektif dan visi dari sang ayah yang harus diketahui oleh masyarakat, Emir ingatkan adalah sudut pandang itu yang terpenting.
Tuta akui bahwa Ketua organisasi keagamaan di Banten setelah nonton film A Man Called Ahok setelah rilis 8 November justeru memuji film ini dan dia minta ditonton oleh para anggotanya. Ini semua demi anak dengan film yang jujur dimana samplenya Ahok dengan kehidupan lebih hitam putih dan berwarna untuk masa depan mereka," papar Tuta optimis.