KABARINDO, JAKARTA - Menteri Energi Filipina Alfonso Cusi memohon kepada pemerintah Indonesia untuk mencabut larangan ekspor batu bara.
Hal itu dilakukan karena menurut Departemen Energi Filipina, kebijakan itu merugikan negaranya yang sangat bergantung dengan impor batu bara untuk menggerakan pembangkit listrik.
Permintaan tersebut disampaikan Cusi dalam surat yang dikirim melalui Departemen Luar Negeri Filipina langsung kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia Arifin Tasrif.
Dalam surat tersebut Cusi meminta Deplu untuk mengajukan banding ke Indonesia melalui mekanisme kerja sama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Langkah Filipina itu menyusul permintaan serupa dari negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Filipina sendiri sangat bergantung dengan batu bara sebagai pembangkit listriknya.
Yang menjadi masalah adalah Indonesia merupakan tempat mereka membeli sebagian besar kebutuhan batu bara.
Menurut data pemerintah, Filipina mengimpor hampir 70 persen dari 42,5 juta ton pasokan batu bara pada 2020. Listrik yang dihasilkan dari batu bara menyumbang sekitar 60 persen dari bauran listrik di negara itu.
Pada 2021, Filipina membeli 2,3 juta ton batu bara per bulan dari Indonesia untuk pembangkit listrik.
Senator Win Gatchalian, yang mengepalai komite energi Senat Filipina, meminta departemen energi mencari solusi darurat salah satunya dengan mencari pemasok lainnya.
Pemerintah Indonesia Tangguhkan Ekspor Batu Bara
Adapun Pemerintah Indonesia, yang merupakan pengekspor batu bara termal terbesar dunia, menangguhkan ekspor bahan bakar tersebut pada 1 Januari setelah perusahaan listrik negara PLN melaporkan stok bahan bakar untuk pembangkit listrik dalam negeri sangat rendah.
Larangan Indonesia itu berdampak pada harga batu bara di China dan Australia lebih tinggi minggu lalu.
Sementara itu, kapal-kapal yang harus membawa batu bara ke Jepang, China, Korea Selatan, dan India berada dalam ketidakpastikan di Kalimantan karena langkah tersebut.
Sumber Berita: Antara
Foto: Antara