KABARINDO, SUBANG – Berita duka selimuti anggota DPR RI Dedi Mulyadi, Selasa (22/2/2022) malam ini. Dia harus kehilangan ayahanda tercinta, Sahlin Ahmad Suryanau ntuk selama-lamanya.
Ayah kandung mantan Bupati Purwakarta dua priode dikabarkan meninggal sekitar pukul 18.30 WIB saat menjalani perawatan di ICU RS Siloam Purwakarta. Sebelumnya, almarhum yang akrab dipanggil Bapak Emi ini sempat dibawa ke RSPAD Jakarta untuk menjalani operasi DSA, tetapi urung dilakukan karena faktor usia.
“Pada hari ini kami telah kehilangan seorang yang kami cintai, yang kami sayangi, sosok tauladan bagi kami sekeluarga yang memberikan inspirasi membesarkan anak-anaknya penuh cinta, lahir membela negaranya. Beliau adalah ksatria yang jujur yang senantiasa memiliki komitmen mencintai bangsa ini secara utuh,” ujar Kang Dedi Mulyadi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/2/2022).
Menurutnya, almarhum yang merupakan seorang prajurit pejuang kemerdekaan ini memang mengalami sakit dan kondisinya sempat menurun hingga kehilangan kesadaran. Saat menjalani perawatan di ruangan ICU RS Siloam, Kang Dedi berharap besar ayahnya kembali sembuh. Namun takdir berkata lain, ayah tercintanya harus menghadap sang pencipta di usia 92 tahun ini.
"Mohon dimaafkan, mohon doanya, semoga beliau pulang dengan penuh cinta dalam keadaan bahagia menemui Allah SWT. Selamat jalan ayahku tercinta, ketauladanmu telah menjadi contoh. Doa kami mengiringi kepergianmu,” lanjut Dedi.
Saat ini, jenazah Almarhum sudah dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan di kampung halamannya di Lembur Pakuan, Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang.
Seperti diketahui, Sahlin Ahmad Suryana dan istrinya Karsiti memiliki sembilan orang anak. Kang Dedi, yang kini menjadi salah satu politisi senior partai Golkar di Jawa Barat ini merupakan anak bungsu dari pasangan tersebut.
Kang Dedi seempat menceritakan, ayahnya ini merupakan pensiunan prajurit kader yang berhenti bertugas pada usia 28 tahun. Alasan berhenti (sebagai prajurit) karena ayahnya sering sakit-sakitan setelah diracun oleh mata-mata tentara kolonial Belanda.