KABARINDO, JAKARTA -- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memantapkan posisinya kepada Amerika Serikat (AS) bahwa mereka tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebelum Palestina merdeka. Hal itu merespons pernyataan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby yang mengklaim bahwa Riyadh masih terlibat dalam pembicaraan tentang normalisasi diplomatik dengan Tel Aviv.
“Kerajaan (Saudi) telah menyampaikan posisi tegasnya pada pemerintah AS bahwa tidak akan ada normalisasi diplomatik dengan Israel kecuali negara merdeka Palestina diakui dalam garis perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi dalam sebuah pernyataan yang dirilis di akun X resminya, Selasa (6/2/2024).
Saudi pun menuntut agar Israel segera menghentikan agresinya ke Jalur Gaza dan menarik pasukannya dari wilayah tersebut. Riyadh menyerukan kepada anggota permanen Dewan Keamanan PBB yang belum mengakui negara Palestina untuk segera memberi pengakuan. “Dengan begitu rakyat Palestina bisa memperoleh hak-hak sah mereka dan perdamaian yang adil serta komprehensif dapat dicapai untuk semua,” kata Kemenlu Saudi.
Pada Selasa lalu, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengungkapkan, Pemerintahan Presiden Joe Biden masih berusaha mewujudkan normalisasi diplomatik antara Saudi dan Israel. “Kami tentu mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak, sehingga mereka bersedia melanjutkan diskusi tersebut,” ujarnya.
Reuters sempat melaporkan, Arab Saudi sedang berupaya untuk mendapatkan pakta pertahanan dari Washington sebelum Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) berlangsung pada 5 November 2024. Tiga sumber mengatakan kepada Reuters, Arab Saudi akan bersedia menerima komitmen politik dari Israel untuk pendirian negara Palestina dibandingkan komitmen yang lebih mengikat. Harga yang harus dibayar, pihak kerajaan akan menerima upaya diplomatik Amerika Serikat yang sudah dilakukan berbulan-bulan untuk menormalisasi hubungan antara Arab Saudi dengan Israel.
Upaya diplomatik AS normalisasi hubungan antara Arab Saudi dengan Israel dan mengakui negara itu luntur setelah Israel menyerang Gaza pada Oktober lalu. Dua orang sumber mengatakan, di sisi lain Arab Saudi juga ingin memperkuat keamanannya. Arab Saudi juga berharap dapat menahan ancaman dari Iran sehingga Riyadh dapat melanjutkan rencana ambisius untuk mentransformasi perekonomiannya dan menarik investasi asing.
Dua orang sumber di kawasan mengatakan untuk menciptakan ruang gerak dalam perundingan pengakuan negara Israel dan mendapatkan pakta pertahanan dari Washington, pejabat pemerintah Arab Saudi memberitahu Pemerintah AS. Riyadh tidak berkeras agar Israel mengambil langkah konkret dalam pembentukan Negara Palestina. Pihak kerajaan cukup pada komitmen politik pada solusi dua negara.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN pada 21 Januari 2024 lalu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan sempat ditanya apakah tidak akan ada normalisasi dengan Israel tanpa kemerdekaan Palestina. “Itulah satu-satunya cara kita memperoleh keuntungan. Jadi, iya,” jawab Pangeran Faisal.
Saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia bulan lalu, Pangeran Faisal sudah menyampaikan hal serupa. Dia mengatakan, negaranya siap mengakui eksistensi Israel jika Palestina menjadi negara merdeka. Menurutnya, kemerdekaan Palestina akan membuka jalan bagi terciptanya perdamaian di kawasan. Red dari berbagai sumber