KABARINDO, JAKARTA -- Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar, yang membuat sejarah sebagai pemimpin gay dan biracial atau keturunan ras campuran, mengundurkan diri pada Rabu (30/3/2024). Alasannya bersifat pribadi dan politik.
Varadkar juga mengumumkan akan meninggalkan kursi ketua partai sayap kanan-tengah Fine Gael, bagian dari pemerintahan koalisi Irlandia. Dia akan digantikan sebagai perdana menteri pada April setelah muncul penggantinya.
“Alasan saya mengundurkan diri sekarang bersifat pribadi dan politis, tetapi sebagian besar bersifat politis,” kata Varadkar tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dia berencana untuk tetap menjadi anggota parlemen backbench. Varadkar, 45, telah dua kali menjabat sebagai taoiseach, atau perdana menteri, 2017 hingga 2020.
Berikutnya sejak Desember 2022 sebagai bagian dari pembagian pekerjaan dengan Micheál Martin, kepala mitra koalisi Fianna Fáil. Dia adalah pemimpin termuda di Irlandia saat pertama kali terpilih, dan juga perdana menteri Irlandia pertama yang secara terbuka menyatakan dirinya gay.
Varadkar, yang ibunya orang Irlandia dan ayahnya orang India, juga merupakan taoiseach biracial pertama di Irlandia.
Dia memainkan peran utama dalam kampanye untuk melegalkan pernikahan sesama jenis, yang disetujui dalam referendum tahun 2015. Selain itu ia mencabut larangan aborsi, yang disahkan melalui pemungutan suara pada 2018.
“Saya bangga bahwa kami telah menjadikan negara ini tempat yang lebih setara dan lebih modern,” kata Varadkar dalam pernyataan pengunduran dirinya di Dublin.
Varadkar pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2007, dan pernah mengatakan dia akan berhenti berpolitik pada usia 50 tahun.
Dia memimpin Irlandia selama tahun-tahun setelah keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) pada 2016. Brexit mempunyai dampak besar bagi Irlandia, anggota UE yang berbatasan dengan Irlandia Utara, Inggris.
Hubungan Inggris-Irlandia tegang ketika pendukung garis keras Brexit, Boris Johnson, menjadi pemimpin Inggris, tetapi hubungan mereka stabil sejak kedatangan Perdana Menteri Rishi Sunak.
Varadkar baru-baru ini kembali dari Washington untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden dan para pemimpin politik lainnya sebagai bagian dari kunjungan tradisional Perdana Menteri Irlandia pada Hari St. Patrick ke Amerika Serikat.
Varadkar juga mengungkapkan rasa frustrasinya atas polarisasi politik yang terjadi di Irlandia, seperti di negara lain. Ada laporan ketidakpuasan di kalangan Fine Gael, dan 10 anggota parlemen partai tersebut, hampir sepertiga dari jumlah total, telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan mencalonkan diri kembali.
Awal bulan ini, para pemilih menolak posisi pemerintah dalam referendum mengenai dua amandemen konstitusi. Perubahan yang didukung Varadkar yang akan memperluas definisi keluarga dan menghilangkan bahasa tentang peran perempuan di rumah tangga telah dikalahkan secara telak.
Hasilnya memicu kritik bahwa kampanye pro-perubahan tidak berjalan baik dan membingungkan. Meski begitu, pengunduran dirinya tidak diharapkan secara luas.
Martin, Wakil Perdana Menteri mengaku terkejut dengan keputusan Varadkar. "Tetapi saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Kami melakukannya dengan sangat baik," katanya.
Menteri Transportasi Eamon Ryan mengatakan hasil referendum bukanlah alasan atas keputusan Varadkar tersebut. “Saya pikir ada kesenjangan sebelum pemilu lokal dan Eropa (pada Juni) dan waktu tersebut mungkin lebih mempengaruhinya dibandingkan referendum,” kata Ryan.
Martin mengatakan pengunduran diri Varadkar seharusnya tidak memicu pemilihan umum lebih awal, dan pemerintahan koalisi tiga partai yang juga mencakup Partai Hijau akan terus berlanjut.
Varadkar mengatakan dia tahu kepergiannya akan mengejutkan dan mengecewakan banyak orang. "Saya tahu bahwa orang lain, bagaimana saya harus mengatakannya, akan menerima berita dengan baik itulah hebatnya hidup dalam demokrasi. Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk mengundurkan diri dari jabatan tinggi. Namun, ini adalah waktu yang tepat untuk mengundurkan diri waktu yang paling tepat." Red dari berbagai sumber