Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Berita Utama > 5 Kecelakaan Pesawat Beruntun Dalam Sepekan, Ada Apa dengan Dunia Penerbangan?

5 Kecelakaan Pesawat Beruntun Dalam Sepekan, Ada Apa dengan Dunia Penerbangan?

Berita Utama | Senin, 30 Desember 2024 | 08:48 WIB
Editor : Anton CH

BAGIKAN :
5 Kecelakaan Pesawat Beruntun Dalam Sepekan, Ada Apa dengan Dunia Penerbangan?

Oleh : Gatot Widakdo

Pemimpin Redaksi Kabarindo

DALAM kurun sepekan terakhir, dunia penerbangan dikejutkan oleh serangkaian insiden yang mengingatkan kita pada pentingnya keselamatan dan pengawasan ketat di industri ini. Insiden-insiden tersebut melibatkan maskapai dari berbagai negara, mulai dari Azerbaijan Airlines hingga Al Jazira Air Sport Club yang semuanya terjadi dalam waktu kurang dari tujuh hari. Hari ini Senin 30 Desember 2024 menjadi hari pilu bagi industri penerbangan dunia.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran global tentang kesiapan industri penerbangan menghadapi berbagai tantangan yang kompleks.

Pada 25 Desember 2024, Azerbaijan Airlines mengalami kecelakaan tragis di dekat kota Aktau, Kazakhstan. Pesawat dengan nomor penerbangan J2-8243 yang mengangkut 62 orang ini jatuh, yang awalnya diduga akibat bertabrakan dengan burung. Namun, investigasi kemudian berkembang pada dugaan pesawat jatuh akibat sistem pertahanan udara Rusia yang menembakan peluru ke pesawat.

Dari jumlah tersebut, hanya 28 penumpang yang berhasil selamat, sementara sisanya tewas di tempat. Tiga hari kemudian, pada 28 Desember 2024, tragedi terjadi di Korea Selatan saat pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 2216 tergelincir saat mendarat di Bandara Internasional Muan. 

Pesawat yang terbang dari Bangkok ini menabrak dinding pembatas landasan dan terbakar hebat. Dari 181 orang di dalamnya, hanya dua yang selamat. Peristiwa ini menjadi salah satu kecelakaan penerbangan paling mematikan di kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Di hari yang sama, sebuah pesawat Air Canada mengalami insiden di Bandara Halifax, Kanada. Pesawat tersebut mengalami kegagalan roda pendaratan saat mendarat, mengakibatkan tergelincirnya pesawat di landasan. Beruntung, seluruh 73 penumpang berhasil dievakuasi tanpa luka serius. Insiden ini menunjukkan bahwa risiko dalam penerbangan tidak selalu berujung fatal, tetapi tetap menimbulkan kecemasan.

Masih di tanggal yang sama, penerbangan KLM Royal Dutch Airlines dari Oslo ke Amsterdam harus melakukan pendaratan darurat di Sandefjord, Norwegia. Suara keras yang berasal dari kabin memaksa pilot mengambil tindakan cepat untuk mendaratkan pesawat demi keselamatan penumpang. Pesawat tergelincir dari landasan pacu, tetapi tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Insiden ini menunjukkan pentingnya respons cepat dalam situasi darurat.

Terakhir, pada 29 Desember 2024, pesawat ringan Al Jazira Air Sport Club jatuh di pantai Rash Al Khaimah Uni Emirate Arab. Akibat insiden ini, pilot dan co-pilot dikabarkan meninggal dunia. Pihak General Civil Aviation Authority (GCAA) langsung menangani kecelakaan ini.

Serangkaian insiden ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang kondisi keselamatan penerbangan saat ini. Apakah insiden-insiden tersebut murni kebetulan, atau ada pola yang menunjukkan celah dalam sistem keselamatan penerbangan global? Otoritas penerbangan internasional kini berada di bawah tekanan untuk memberikan jawaban dan memastikan langkah-langkah perbaikan dilakukan.

Setiap insiden disebabkan banyak faktor. Faktor cuaca buruk menjadi salah satu penyebab. yang dicurigai dalam beberapa insiden ini. Namun, dugaan human error dan kegagalan teknis juga tidak bisa dikesampingkan, terutama mengingat beberapa insiden melibatkan kegagalan mesin dan sistem pesawat. Faktor lain adalah dari eksternal seperti tabrakan dengan burung atau tembakan peluru rudal yang salah sasaran.

Selain itu, frekuensi penerbangan yang semakin tinggi setelah pandemi COVID-19 tampaknya turut memberikan tekanan besar pada sistem manajemen penerbangan dan maskapai. Pemeliharaan pesawat yang tidak memadai, kelelahan kru, dan kurangnya pelatihan dalam menghadapi situasi darurat menjadi isu-isu yang perlu ditangani dengan serius.

Regulasi internasional tentang keselamatan penerbangan sebenarnya sudah sangat ketat, tetapi implementasinya di lapangan sering kali menjadi tantangan. Maskapai yang beroperasi dengan margin keuntungan tipis terkadang memangkas biaya di sektor yang justru sangat vital, seperti pemeliharaan dan pelatihan kru.

Untuk mengatasi situasi ini, kolaborasi antara otoritas penerbangan, maskapai, dan produsen pesawat sangat diperlukan. Audit keselamatan mendalam harus dilakukan secara rutin, tidak hanya di maskapai-maskapai besar tetapi juga di maskapai kecil yang sering kali luput dari pengawasan ketat.

Selain itu, teknologi canggih seperti pemantauan mesin secara real-time dan simulasi situasi darurat perlu diadopsi lebih luas di industri penerbangan. Teknologi ini dapat membantu mendeteksi potensi masalah sebelum menjadi bencana.

Penumpang juga memiliki peran dalam memastikan keselamatan penerbangan. Dengan memilih maskapai yang memiliki reputasi baik dan mematuhi aturan keselamatan, mereka dapat memberikan tekanan bagi maskapai untuk tetap menjaga standar tinggi.

Pada akhirnya, insiden-insiden yang terjadi dalam sepekan terakhir menjadi pengingat bagi kita semua bahwa keselamatan penerbangan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Langkah-langkah pencegahan yang tepat, baik dari segi teknologi maupun manajemen, harus menjadi prioritas utama agar tragedi seperti ini tidak terulang di masa depan.

Industri penerbangan selalu menjadi tulang punggung mobilitas global. Oleh karena itu, menjaga keselamatan di udara adalah tanggung jawab bersama, baik bagi pihak maskapai, otoritas, maupun para penumpangnya.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER