Sinematek, Rasuna Said, Jakarta, Kabarindo- Anda pasti menemukan deretan nama pria paruh baya yang sudah mengecap cukup matang dunia perfilman yang begitu ia cintai sampai saat ini sebagai Direktur Sinematografi Indonesia.
Adisurya Abdy, pria kelahiran Medan pada tanggal 29 Agustus 1956, pernah di Akademi Sinematografi IKJ-LPKJ (1976-1978), Jakarta. Advanced School for Film Directing (1986-1987) di Los Angeles, Amerika dan lainnya.
Penghujung tahun telah mentuntaskan syuting sepekan di Interstudio digandeng PT. Xela Films dengan produser Omar Jusma.
Stadhuis Schandaal, Balai Kota dan betul-betul set up khusus dan membanggakan memang. Apa yang disaksikan oleh redaksi sangat menakjubkan.
"Bedanya hanya menawarkan tema cerita yg berbeda dari kebanyakan film indonesia saat ini. Masih drama tapi dengan jalinan cerita yg memadukan masa lalu dan masa kini dengan pendekatan selera penyajian maupun teknis yg kekinian. Secara artistik berusaha menampilkan kondisi masa lalu dan masa kini secara original sesuai jamannya. yang pasti semua grading dan post pro serta CGI di Indonesia saja, karena film saya adalah film indonesia," pungkasnya semangat.
Sementara itu ditemui beberapa menit yang lalu di kantornya di Sinematek Indonesia.
"Rencananya 18 Januari 2018 akan mentuntaskan scene di Shanghai China, mohon doanya semoga semuanya lancar," ucapnya sembari bergegas sebelum Jumatan ke PusbangPerfilman.
Stadhuis Schandaal adalah romansa berlatar jadul berkisah tentang Fei, mahasiswi ilmu Budaya Universitas Indonesia yang sedang mengerjakan tugas kampus mengenai The Old Batavia bersama teman kuliah, dia diperhatikan seorang gadis cantik keturunan Belanda-Jepang, Saartje Spech atau Sarah. Fei diajak Sarah menembus lorong waktu menuju Batavia era 1628.
Penasaran ?