Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Berita Utama > Surabaya Heritage Track; Ajak Masyarakat Kenali Surabaya Kota Industri

Surabaya Heritage Track; Ajak Masyarakat Kenali Surabaya Kota Industri

Berita Utama | Senin, 27 Agustus 2018 | 19:40 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Surabaya Heritage Track; Ajak Masyarakat Kenali Surabaya Kota Industri

Surabaya Heritage Track; Ajak Masyarakat Kenali Surabaya Kota Industri

Kunjungi Museum House of Sampoerna dan PT Boma Bisma Indra

Surabaya, Kabarindo- Surabaya memiliki letak geografis yang strategis, berkembang menjadi kota pelabuhan yang sibuk, sekaligus pusat perekonomian yang ditunjang oleh perindustrian modern yang tumbuh pesat.

Penanda awal kebangkitan industri modern di Surabaya adalah didirikannya pabrik senjata Artilleri Constructie Winkel oleh Gubernur Jendral Daendels pada 1808 untuk melindungi kota ini dan pulau Jawa dari serangan Inggris.

Pemberlakuan tanam paksa pada 1830 menimbulkan dampak signifikan pada perkembangan industri modern di Surabaya. Pabrik-pabrik gula pada masa itu mulai beralih menggunakan tenaga mesin guna meningkatkan kapasitas produksi, sehingga permintaan akan mesin-mesin produksi pun meningkat.

Perkembangan industri modern Surabaya semakin pesat seiring dengan diterapkannya Undang-undang Agraria pada 1870 yang membuka peluang bagi swasta untuk berinvestasi. Sayangnya, iklim positif tersebut terhambat lantaran pecahnya Perang Dunia I (1914-1918) yang berujung pada depresi ekonomi dan memberikan pukulan pada sektor industri, khususnya industri mesin-mesin berat. Ditengah situasi yang lesu, industri barang kebutuhan konsumsi/barang siap pakai justru menunjukkan geliat dengan munculnya pabrik es batu, rokok, minyak goreng, roti dan lainnya.

Untuk itu, Surabaya Heritage Track (SHT) mengadakan tematik tur ‘Surabaya Kota Industri’ secara gratis pada Selasa Kamis hingga 13 September 2018. Trackers atau para peserta tur diajak untuk menyaksikan kekuatan industri Surabaya pada masa lalu dengan mengunjungi PT Boma Bisma Indra dan Museum House of Sampoerna untuk menyaksikan berkembangnya industri kebutuhan konsumsi yang tercermin pada perjalanan bisnis PT HM Sampoerna.

Sejarah PT Boma Bisma Indra diawali pada masa pemerintah Belanda yang mendirikan tiga perusahaan NV De Bromo, NV De Industrie dan NV De Vulkan, yang merupakan pelopor produsen mesin-mesin berat untuk pabrik-pabrik gula di Jawa. Ketiganya dinasionalisasi pada 1958 dan diubah namanya menjadi PN Boma, PN Indra, PN Bisma. Pada 1971 tiga perusahaan tersebut bergabung menjadi PT Boma Bisma Indra (BBI) yang hingga kini masih berfokus pada pengolahan baja untuk kebutuhan industri. Selain mengeksplorasi bangunan kuno PT BBI yang berdiri kokoh sejak 1878, trackers juga dapat menyaksikan aktivitas beserta hasil produksi PT BBI saat ini.

Sedangkan Museum House of Sampoerna menggambarkan perjalanan PT HM Sampoerna. Pendiri Sampoerna, Liem Seeng Tee, memulai bisnisnya dari sebuah warung bambu sederhana pada 1913. Ia kemudian membeli kompleks Taman Sampoerna pada 1932 sebagai fasilitas produksi utama rokok-rokok Sampoerna. Perusahaan ini berkembang pesat seperti terlihat pada saham Sampoerna yang tercatat bahwa satu paket saham NV Handelsmaatschappij Sampoerna setara dengan 1000 lembar saham bernilai total 100.000 gulden atau Rp.730.446.930 pada nilai tukar saat ini. Keberhasilan Sampoerna dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnis dapat ditelaah melalui ragam koleksi di dalamnya. Trackers juga akan ditunjukkan bagaimana Sampoerna menjaga tradisi pelintingan kretek secara manual hingga hari ini.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER