Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > Johnson & Johnson Indonesia Edukasi Masyarakat Awam; Penanganan Migrain

Johnson & Johnson Indonesia Edukasi Masyarakat Awam; Penanganan Migrain

Gaya hidup | Selasa, 8 Desember 2020 | 21:54 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Johnson & Johnson Indonesia Edukasi Masyarakat Awam; Penanganan Migrain

Johnson & Johnson Indonesia Edukasi Masyarakat Awam; Penanganan Migrain

Dirasakan pada satu sisi kepala, berintensitas sedang hingga berat, berdenyut dan dapat memburuk akibat aktivitas fisik

Surabaya, Kabarindo- PT Johnson & Johnson Indonesia bersama RS Permata Cibubur telah mengadakan webinar awam bertajuk Penyebab Migraine dan Cara Pencegahannya untuk mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai penanganan migrain.

Migrain adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut. Namun nyeri kepala dikatakan sebagai migrain jika memiliki karakter dirasakan pada satu sisi kepala, berintensitas sedang (moderate) hingga berat, berdenyut (pulsating in quality) dan dapat memburuk akibat aktivitas fisik. Migrain paling sering dialami sejak pubertas dan semakin banyak menyerang dengan rentang usia 35 – 45 tahun.

Berdasarkan data dari Pescado Ruschel & De Jesus (2020), secara global, prevalensi migrain mencapai 12% dari total populasi dan menduduki nomor dua tertinggi sebagai penyebab hendaya (disability). Migrain menjadi alasan tertinggi nomor 4 - 5 untuk kunjungan ke unit gawat darurat.

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia, mengatakan banyak masyarakat yang menderita migrain, namun tidak tahu persis penyebab dan bagaimana penanganan yang tepat. Karena itu, pihaknya ingin mengedukasi dan memberikan informasi yang tepat dan berkelanjutan kepada masyarakat mengenai migrain, sehingga lebih paham mengenai migrain, termasuk pencegahan dan penanganan yang tepat.

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti dari migrain. Beberapa faktor yang menjadi pemicu migrain adalah kondisi stres, makanan atau minuman yang dikonsumsi, bau (odor) tertentu, waktu makan yang tidak teratur; waktu tidur yang kurang ataupun lebih, aktivitas fisik atau olahraga tertentu atau berlebihan dan suhu panas. Faktor pemicu lainnya yang sering terjadi pada wanita adalah terjadinya perubahan hormon, terutama saat menstruasi, ovulasi dan kehamilan.

dr. Irawati Hawari, SpS, Dokter Saraf RS Permata Cibubur, menjelaskan serangan migrain dengan rasa nyeri yang mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Berbagai gejala yang dapat timbul dan dirasakan akibat migrain adalah mual, muntah, hipersensitif terhadap kebisingan (phonohobia) dan hipersensitif terhadap cahaya (photophobia). Namun sebagian penderita juga dapat mengalami gejala neurologi lainnya yang disebut sebagai aura, sebelum dan/atau selama serangan nyeri kepala. Contohnya adalah melihat garis – garis zigzag (visual aura) atau kesulitan untuk berbicara (speech aura).

“Berbagai terapi atau tata laksana untuk mengobati migrain dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu farmakologis (menggunaan obat – obatan) dan non-farmakologis. Tata laksana dengan farmakologis dibagi atas dua kategori yaitu terapi abortif atau akut guna mengurangi atau menghentikan serangan yang sedang terjadi, dan terapi profilaksis atau preventif yang bertujuan mengurangi risiko berulangnya serangan, serta mengurangi hendaya (disability). Sementara tata laksana secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah pola/gaya hidup dan melakukan intervensi medis secara khusus jika diperlukan, misalnya transcutaneous electrical stimulation,” paparnya.

Guna mencegah terjadinya migrain, penting bagi setiap orang untuk memperhatikan beberapa faktor yaitu dengan melakukan manajemen stres dengan teknik relaksasi atau yoga, menghindari konsumsi makanan dan/atau minuman yang dapat memicu migrain, memastikan pola makan yang teratur, menurunkan berat badan jika overweight/obese dan mengatur pola tidur dengan durasi yang cukup. Secara keseluruhan, mengubah pola hidup secara berkesinambungan merupakan kunci utama untuk pencegahan migrain.

Hingga saat ini dan selama pandemi berlangsung, Johnson & Johnson Indonesia telah melakukan rangkaian kegiatan edukasi sejak April 2020. Dalam pelaksanaannya, Johnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan beberapa mitra dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

“Melalui rangkaian kegiatan edukasi yang telah kami lakukan dalam beberapa bulan terakhir hingga saat ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas di Indonesia. Kami berharap masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai migrain dan berbagai cara untuk mencegah dan menanganinya,” ujar Devy.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER