Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > Batik Banyuwangi Makin Dikenal di Tanah Air; Miliki Ciri Khas

Batik Banyuwangi Makin Dikenal di Tanah Air; Miliki Ciri Khas

Gaya hidup | Jumat, 16 Oktober 2020 | 20:54 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Batik Banyuwangi Makin Dikenal di Tanah Air; Miliki Ciri Khas

Batik Banyuwangi Makin Dikenal di Tanah Air; Miliki Ciri Khas

Punya sekitar 40 motif khas, terdiri dari 2 sub warna, Mataraman dan Pesisiran

Surabaya, Kabarindo- Batik Banyuwangi tak kalah indah dengan batik dari daerah-daerah lainnya dan memiliki ciri khas. Hal ini diungkapkan oleh Isyam Syamsi, desainer fashion yang menggeluti batik Banyuwangi, dalam Webinar NGOPI (Ngobrol Online Inspiratif) Vol. 19 dengan tema Eksotisme Batik Indonesia.

Webinar tersebut diadakan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur secara live streaming di Instagram dan Youtube dengan menghadirkan beberapa narasumber.

Difi A. Johansyah, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Jatim, berharap acara tersebut dapat menginspirasi dan membuka kreativitas para creativepreneur. Ia mengatakan pada dua tahun terakhir ini, BI telah bekerja sama dengan beberapa desainer melalui KKI untuk membuat batik dengan beraneka motif, serta memadu-padankan dengan tenun.

Isyam menuturkan awal mula ia menggeluti batik Banyuwangi. Berawal dari hobi mengikuti audisi dari panggung ke panggung dan menjadi juara, akhirnya ia memberanikan diri membuka usaha fashion khusus batik Banyuwangi. Isyam telah 5 tahun berkarya dan konsisten menggunakan batik Banyuwangi karena motif dan warnanya masih baru di dunia perbatikan di ranah Indonesia.

Selain motif, benang timbul menjadi ciri khas rancangan Isyam di setiap detail. Untuk koleksi busana pria, ia menggunakan 4 kancing di lengan agar terlihat lebih jenjang dan tegas. Koleksinya sudah merambah luar negeri. Segmen pasarnya menengah ke atas, namun tak menutup kemungkinan untuk segmen menengah ke bawah berdasarkan pesanan.

“Pada 10 tahun lalu, batik Banyuwangi masih belum dikenal di kancah nasional, sampai muncul acara Batik Festival Banyuwangi yang menghadirkan para desainer dengan menggandeng UMKM lokal. Event ini menampilkan batik-batik Banyuwangi sehingga mulai dikenal di kancah nasional,” ujarnya.

Isyam menambahkan, hampir semua desainer di Indonesia memperkenalkan batik yang menggunakan pewarna alam, karena warnanya natural dan tidak ada efek yang membahayakan (tidak mengandung bahan kimia).

Isyam memaparkan, batik Banyuwangi memiliki sekitar 40 motif khas yang pakem serta terdiri dari 2 sub warna, yaitu warna Mataraman (agak gelap dan klasik) dan warna Pesisiran (cerah seperti batik Madura, Cirebon dan Pekalongan). Sedangkan motif klasik Banyuwangi disebut sogan yang terpengaruh dengan warna Mataraman dan mempunyai filosofi kehidupan suku Osing.

Motif yang paling tua adalah Gajah Uling yang artinya manusia harus selalu bersyukur dan patuh pada Tuhan. Ada pula motif Kampung Stingkes yang artinya persatuan dan kesatuan. Ada lagi motif Kopi Pecah yang artinya menikmati hidup seperti kita menikmati kopi, serta motif Sekar Jagad yaitu rangkuman dari beberapa motif di setiap lembarnya. Sedangkan motif Pesisiran yaitu morif yang identik dengan warna cerah yang mengandung elemen warna gunung, ombak laut, mentari dan blue fire. Secara keseluruhan motif Pesisiran ini mencerminkan pesona alam dan budaya Banyuwangi serta keramah-tamahan suku Osing.

Sementara itu Wulan Gandanegara, owner bag WG, menuturkan awal mula ia menggeluti tas dari batik. Hal ini berawal dari kecintaan terhadap batik dan belum pernah menjumpai tas batik yang cantik.

“Visi dan misi WG adalah menduniakan batik. Prospek bisnis yang sangat besar dan memiliki nilai jual yang tinggi, membuat saya gencar untuk menduniakan batik dengan berbagai produk, terutama berupa tas luxury yang dibuat dari kain wasra Nusantara seperti songket, tenun dan batik,” ujarnya.

Wulan memiliki ide untuk membuat tas batik dengan model yang cantik dan elegan. Sejak 2016, ia telah menghasilkan karya berupa tas premium batik. Namun pandemi Covid-19 berdampak terhadap produksinya. WG kemudian melakukan diversifikasi produk dengan membuat masker, scraf, twili dan baju batik.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER